Menu

Terjadi Berkali-kali, Gempa Mentawai Dikhawatirkan Ganggu Keseimbangan Patahan Megathrust

Siswandi 3 Feb 2019, 15:52
Pelabuhan di Mentawai dengan latar belakang alam nanti asri di Mentawai.  Sepanjang Sabtu kemarin, gempa berkali-kali mengguncang kawasan ini. Foto: int
Pelabuhan di Mentawai dengan latar belakang alam nanti asri di Mentawai. Sepanjang Sabtu kemarin, gempa berkali-kali mengguncang kawasan ini. Foto: int

RIAU24.COM -  Hingga Sabtu 2 Februari 2019 kemarin, gempa telah terjadi berkali-kali di Provinsi Sumatera Barat yang berpusat di Kepulauan Mentawai. Gempa tersebut dikhawatirkan bakal mengganggu keseimbangan Patahan Megathrust yang memang berada di kawasan itu. 

Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sedikitnya ada 52 kali gempa bumi susulan (aftershock) yang terjadi di kawasan itu. Dari jumlah itu, enam gempa berada di atas 5 Skala Richter.

Gempa bumi itu termasuk dalam klasifikasi gempa bumi dangkal. Gempa bertipe ini muncul akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia yang berada tepat di zona Megathrust, yang merupakan zona subduksi lempeng. Kawasan ini berada di Samudra Hindia tepatnya di sebelah barat Pulau Sumatera.

Meski tidak merusak, namun ahli geologi Sumatera Barat, Ade Edward mengimbau masyarakat tetap waspada. Karena rentetan gempa tersebut bisa saja mengganggu keseimbangan segmen-segmen patahan Megathrust, yang berada dekat pusat gempa.

"Jika benar demikian, tidak menutup kemungkinan mengganggu stabilitas equilibrium (keseimbangan) sehingga terpicu untuk melepaskan kunciannya yang dapat menyebabkan terjadinya gempa susulan berikutnya. Gempa bumi Megathrust hari ini (Sabtu) bertipe Slow Earthquake, gempa yang dirasa mengayun," ujar Ade Edward, dilansir viva.co.id, Minggu 3 Februari 2019.

Saat ditanya apakah gempa kali ini merupakan gempa pembuka, Ade berpendapat sebaiknya dianggap saja sebagai gempa pembuka. Sehingga dengan demikian, semua pihak lebih waspada lagi. 

Apalagi, beberapa kali guncangan yang cukup lama durasinya dialami oleh segmen-segmen di sekitar pusat gempa tadi.

"Bisa saja memicu gempa pada segmen patahan di sebelahnya. Kejadian seperti ini sudah umum. Tidak ada yang bisa tahu sampai seberapa pengaruh guncangan tadi terhadap segmen patahan di sekitar pusat gempa tadi. Sementara kondisi Megathrust Mentawai ibarat sudah gelas retak," ujarnya lagi. ***