Menu

Bolehkah Ngabuburit Jelang Buka Puasa? Ini Penjelasan Syariatnya

Riki Ariyanto 15 May 2019, 17:54
Menunggu beduk buka puasa (foto/ilustrasi)
Menunggu beduk buka puasa (foto/ilustrasi)

RIAU24.COM - Rabu 15 Mei 2019, Ngabuburit merupakan istilah populer saat menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Ngabuburit diartikan sebagai bentuk tradisi dengan melakukan kegiatan atau keluar dari rumah sambil menunggu waktu buka puasa. 

Hanya saja ngabuburit ini ada yang menyebut boleh dan ada yang melarang. Lalu bagaimana penjelasan agama atau Alquran tentang ngabuburit ketika kita sedang berpuasa?

Seperti dilansir dari Okezone, Wakil Rektor Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), KH DR Ali Nurdin MA sampaikan boleh tidaknya ngabuburit tergantung kepada aktivitas yang dilakukan. Dijelaskan dalam syariat Islam, aktivitas itu terbagi tiga, yakni sunah atau bernilai ibadah, mubah, dan haram. 

Nah, jika aktivitas ngabuburit itu menjurus kepada hal yang diharamkan maka tidak diperbolehkan. "Misalnya, seharian gosipin orang, ngomongin kejelekan orang, atau japrian untuk memarah-marahi orang lain, mau ngabuburit atau bukan ngabuburit itu tidak boleh," sebut Wakil Rektor Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), KH DR Ali Nurdin MA. 

Aktivitas kedua yang mubah itu seperti bermain bola yang dilakukan jelang magrib dengan maksud menunggu berbuka puasa, itu tidak ada masalah. Atau ada kawan dari pagi sampai sore mancing terus misalnya. Itu adalah hal mubah. "Artinya apa? Ya, tidak berdosa. Puasanya tetap sah, tapi kurang utama. Nah, yang utama itu ngabuburit menunggu waktu magrib diisi dengan aktivitas bermanfaat. Misalnya, kita belajar. Misalnya, kita taklim atau menolong dan membantu orang lain untuk bermanfaat dalam hidupnya," sambung Wakil Rektor Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), KH DR Ali Nurdin MA. 

"Insya Allah, itu akan menjadi bentuk ngabuburit yang bermanfaat. Semoga kalau kita melakukan ngabuburit , itu menjadi bentuk ngabuburit yang bisa bermanfaat untuk kita dan bermanfaat untuk orang lain. Kemudian ibadah puasa kita akan menjadi semakin bermakna," tutup Wakil Rektor Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), KH DR Ali Nurdin MA. 

Halaman: Lihat Semua