Menu

Kembalikan Kejayaan Industri Tekstil, Multistakeholder Sepakat Dorong Optimalisasi Bahan Baku Dalam Negeri

Satria Utama 6 Sep 2019, 15:02
FGD Upaya Mengoptimalkan Pemakaian Bahan Baku dalam Negeri untuk Produk TPT Indonesia, di Hotel Unigraha, Pangkalan Kerinci, Riau
FGD Upaya Mengoptimalkan Pemakaian Bahan Baku dalam Negeri untuk Produk TPT Indonesia, di Hotel Unigraha, Pangkalan Kerinci, Riau

RIAU24.COM -  Pangkalan Kerinci– Pemerintah, pelaku usaha, asosiasi dan pelaku industri fashion sepakat untuk mengoptimalkan pemakaian bahan baku dalam negeri untuk mendongkrak kinerja tekstil dan produk tekstil Indonesia (TPT).

Kesepakatan bersama antar pemangku kepentingan tersebut ditandai dengan penandatanganan oleh perwakilan pelaku industri tekstil dalam acara Multi stakeholder dalam Forum bertema ”Upaya Mengoptimalkan Pemakaian Bahan Baku dalam Negeri untuk Produk TPT Indonesia”, di Hotel Unigraha, Pangkalan Kerinci, Riau, Jumat (6/9/2019).

Penandatanganan kesepakatan tersebut diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Sekretaris Jenderal Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita, Direktur Asia Pacific Rayon (APR) Basrie Kamba, perwakilan desainer dalam Indonesia Fashion Chambers Yufie Safitri Sobari dan lainnya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono mengapresiasi dilaksanakannya pertemuan yang menghadirkan pelaku industri tekstil dari hulu hingga hilir tersebut. Menurutnya, untuk kembali membangkitkan kejayaan industri tekstil Indonesia, perlu komitmen dan kerjasama semua pihak dari hulu hingga hilir.

Pemerintah sendiri, kata Sigit, terus berupaya meningkatkan industri tekstil dalam negeri lewat beberapa kebijakan dan regulasi yang mendorong peningkatan investasi di bidang tekstil. "Kami juga mendorong penggunaan bahan baku dalam negeri untuk industri tekstil, seperti serat rayon sebagai alternatif bahan baku selain kapas dan polyester sebagai ipaya mengurangi ketergantungan impor,” kata Sigit.

Sebagai salah satu perwakilan pelaku usaha yang hadir pada penandatangan kesepakatan tersebut, Asia Pacific Rayon (APR) melihat viscose rayon bisa menjadi motor baru bagi tekstil Indonesia di pasar dunia.

“Dengan sejumlah keunggulan seperti berbahan baku dari bumi Indonesia, bioodegradable, dengan harga yang bersaing, rayon bisa menjadi alternatif sekaligus masa depan bahan baku tekstil Indonesia,” sebut Direktur APR Basrie Kamba.

Hal senada turut disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat. Ade melihat viscose rayon, yang memiliki sifat alami dan mudah terurai akan sangat membantu dalam meningkatkan nilai ekspor industri TPT di Tanah Air.

“Jarang sekali saya mendengar produk tekstil yang everything Indonesia. Yang bisa sustainable dan bisa kita promosikan terus menerus adalah rayon ini yang bisa menjadi produk dari Indonesia yang mendunia,” ucap Ade.

Ia juga berharap, Indonesia dapat mengembangkan Research & Development di sektor tekstil agar dapat terus menghasilkan bahan tekstil yang memenuhi harapan konsumen. "Termasuk bahan viscose ini, harus terus dikembangkan produksinya sehingga semakin banyak yang berminat," harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Redma Gita selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mendesak pemerintah harus segera membuat kebijakan strategis demi bertahan di tengah gempuran impor.

"Banyaknya produk impor yang masuk, membuat industri dalam negeri kewalahan. Bahkan beberapa pabrik harus gulung tikar karena kesulitan bersaing. Jika kondisi ini terus berlanjut maka dalam waktu dua tahun ke depan TPT akan mengalami ancaman defisit neraca perdagangan,” pungkas Redma.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, industri TPT dalam negeri mampu bersaing di kancah globa. Hal ini didorong struktur industrinya yang sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

“Dengan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran permintaan dari pakaian sehari-hari (basic clothing) menjadi pakaian fungsional seperti baju olahraga, industri TPT nasional pun perlu membangun kemampuan produksi dan meningkatkan skala ekonomi agar dapat memenuhi permintaan di pasar domestik maupun ekspor,” tuturnya.***

 

R24/bara