Menu

Tak Gentar Dengan Ancaman AS, Rusia Tetap Uji Coba Rudal Hipersonik Cangih Berkecepatan 30 Ribu kilometer

Riko 28 Dec 2018, 14:38
Uji coba rudal hipersonik Rusia
Uji coba rudal hipersonik Rusia

RIAU24.COM -  Meski kondisi ketegangan antaran Rusia dan Amerika terus berlanjut, namun pemerintah Rusia tidak gentar akan ancaman dari Amerika terkait kontrol senjata.  Sebagai bukti Rusia kembali meluncurkan rudal hipersonik baru yang kecepatannya mencapai lebih dari 30 ribu kilometer per jam. 

Uji coba nuklir yang dijuluki Avangard ini disaksikan langsung oleh presiden Rusia Vladimir Putin. Avangard, ini diklaim Rusia akan mengalahkan semua sistem pertahanan rudal yang ada.

Ketika Putin meluncurkan senjata baru itu selama pidato kenegaraannya pada bulan Maret, ia mengatakan rudal itu sangat dapat dikendalikan dan terbang dengan kecepatan suara 20 kali lipat.

Pejabat senior sekarang mengatakan proyektil antarbenua itu jauh lebih cepat.

"Selama tes, Avangard mencapai kecepatan Mach 27, atau sekitar 33.000 kilometer (20.500 mil) per jam,"ujar Wakil Perdana Menteri Yury Borisov dalam sambutannya di televisi seperti dikutip dari Sindonews mengutip dari laman AFP, Jumat (28/12/2018).

Mach 1 adalah unit pengukuran yang setara dengan kecepatan suara. "Pada kecepatan ini, tidak ada satu pun rudal intersepter yang dapat menembak jatuh,"beber Borisov.

Ia juga mengklaim bahwa tidak mungkin untuk memprediksi pergerakan rudal, yang berarti pertahanan rudal praktis sudah usang.

Putin menyebut tes akhir sebagai "keberhasilan mutlak," dan mengatakan Avangard akan dikerahkan tahun depan.

Bell, sebuah outlet media independen, mengatakan Putin sangat gembira dengan tes hari Rabu sehingga ia memberi tahu pengusaha Rusia tentang mereka di kemudian hari dan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mengancam Rusia sekarang karena memiliki senjata canggih.

Pekan lalu Putin menyusun rencana bagi Moskow untuk mengembangkan rudal jarak menengah yang dilarang di bawah perjanjian Perang Dingin dengan Amerika Serikat jika Washington meninggalkan perjanjian Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF).

Namun,  Rusia dan AS saling menuduh telah melanggar perjanjian INF. Saling tuding ini berujung pada niatan AS untuk keluar dari perjanjian yang ditandatangi pada era Perang Dingin tersebut.