Menu

Terlalu, Hanya Karena Beda Memilih Caleg, 2 Kuburan di Gorontalo Terpaksa Harus Dipindahkan

Siswandi 12 Jan 2019, 16:05
Proses pemindahan dua kuburan di Gorontalo, yang disebabkan adanya perbedaan saat memilih caleg dalam Pemilu 2019 mendatang. Foto: int
Proses pemindahan dua kuburan di Gorontalo, yang disebabkan adanya perbedaan saat memilih caleg dalam Pemilu 2019 mendatang. Foto: int

RIAU24.COM -  Tak salah bila ada yang mengatakan, banyak hal tak terduga yang terjadi akibat Pemilu. Salah satunya seperti yang terjadi di Desa Desa Toto Selatan, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

Di desa itu, ada keluarga yang terpaksa memindahkan dua kuburan, hanya karena pihak keluarga berbeda pilihan dalam memilih calon legislatif (caleg) dengan pemilik tanah kuburan, saat Pemilu 2019 mendatang. Padahal, antara pemilik tanah kuburan dengan dua kuburan tersebut, masih memiliki ikatan darah keluarga.

Sumber di lapangan menyebutkan, dua kuburan yang harus dipindahkan tersebut adalah kuburan almarhum Masri Dunggio, yang sudah dimakamkan 26 tahun lalu. Begitu pula kuburan almarhumah Sitti Aisya Hamzah, yang baru dimakamkan setahun lalu. Kedua kuburan itu dipindahkan hari ini Sabtu 12 Januari 2019.

Awalnya, kedua makam tersebut berada di pekarangan belakang rumah warga desa itu yang bernama Awono. Sedangkan lokasi kuburan yang baru, berada tak jauh dari lokasi semula.

"Awono itu bukan orang NasDem, yang saya tahu Awono itu secara kekerabatan saudara ipar dengan yang mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Bone Bolango. Jadi hubungan dengan partai itu tidak tahu. Dia pernah berkata, 'Kamu kalau tidak pilih Nani atau Iriani, itu kuburan pindah dan ini saya pagar (jalan).' Nani itu dari Partai NasDem," ungkap Abdusalam Polontolo, keluarga pemilik kubur yang dipindahkan.

Sebenarnya, permasalahan ini pernah dimediasi kepala desa. Namun mediasi itu tak menghasilkan kesepakatan apa pun. Selain itu, keluarga dari ahli kubur juga suda terlanjur merasa tidak dihargai.

"Kami sudah diundang ke kantor kepala desa untuk mediasi. Tapi kakak saya sudah telanjur luka, kakak saya seorang janda dan sempat dimaki-maki," tambahnya.

"Pemicunya itu bahasa 'kalau kamu tidak pilih, ada yang mati tidak bisa dikuburkan di sini. Itu kuburan Masri harus dipindah'. Padahal yang punya lahan kubur masih sepupu dengan almarhum," ujarnya lagi.

Diiringi Isak Tangis
Proses pemindahan 2 kuburan tersebut diwarnai isak tangis keluarga. Pihak keluarga mengaku tidak tega melihat 2 kuburan ini dipindahkan. Proses pemindahan itu berjalan selama hampir 2 jam. Lokasi kuburan yang baru berada tidak jauh dari kuburan semula.

Sementara itu, Kepala Desa Toto Selatan Taufik Baladraf, membenarkan pihaknya pernah menggelar mediasi untuk menyelesaikan perselisihan itu.

Dikatakan, perselisihan itu muncul pada Desember 2018 lalu. "Kami undang semuanya. Semua sampaikan unek-unek tapi karena sudah telanjur emosi, yang satu bilang kalau katanya kemarin itu emosi, kalau mau pindah boleh kalau tidak ya tidak masalah. Tapi ibu pemilik kuburan tetap memilih pindah tapi harus diberi waktu," jelas Taufik.

Dalam mediasi itu, soal pilih memilih dalam Pileg nanti, memang mencuat. "Tapi saat itu sudah saya tegaskan, hak pilih itu hak semua orang dan tidak bisa dipaksakan. Sebelumnya, hubungan keluarga pemilik lahan dan yang kuburan yang dipindahkan itu berjalan bagus, tapi karena ada ini (pileg), ya jadi begitu," pungkas Taufik, seperti dilansir detik.com. ***

R24/wan