Menu

Kisah Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang Tidak Diketahui Banyak Orang

1 Mar 2019, 14:29
Foto: Internet
Foto: Internet

Tapi sebelum hari itu, ternyata pertempuran sudah terjadi. Memang tak semua TNI yang turun. Hanya pasukannya Komarudin dan para tentara yang berada di Desa Giwangan. Ternyata, Komarudin salah mengingat tanggal. Dia menyangka sudah tanggal 1 Maret saat menyerang. Padahal hari itu baru, 28 Februari. Begitupun dengan para tentara yang berhasil menduduki Desa Giwangan, Yogyakarta bagian timur itu.

Waktu itu, jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sirine penanda berakhirnya malam berbunyi. Komarudin memerintahkan pasukannya menembak ke arah musuh. Saat itu dia dan para tentara gerilyanya sedang berada di sekitar Kantor Pos Besar dan Alun-alun Lor. Serang bertubi-tubi terus dilancarkan ke pihak Belanda. Belanda pun dengan tanknya terus menyerang balik pasukan Komarudin. Mereka menembaki Sekolah Keputran. Karena, di sana pihak tentara gerilya pasukan Komarudin banyak berlindung.

Setelah agak lama bertempur, Komarudin merasa ada yang janggal. Sebab, tak pasukan lain yang ikut membantunya. Padahal rencana awalnya seingat dia akan ada perang besar-besaran. Kenapa hanya pasukan Komarudin saja yang bertempur. 

Tak lama kemudian, Letnan Gideon dan Sersan Suyud menghubungi Komarudin. Mereka berdua memberitahukan kepada Komarudin bahwa dia salah tanggal. Komarudin pun langsung mengambil langkah cepat untuk menarik pasukannya. 

Pasukannya pun langsung mundur dan tercerai berai ada yang berlindung ke Masjid Kauman, Taman Sari, Gondomanan, dan Sekolah Dasar Keputran. Pertempuran yang salah tanggal itu memakan korban baik dari pihak Belanda maupun Gerilya. Yang gugur yang dari pihak TNI adalah Sersan Mayor Muhamad, Sersan Subani, dan Prajurit Munir.

Selain Komarudin, pihak gerilya yang juga salah tanggal ada lagi yakni para tentara yang berhasil menduduki Desa Giwangan. Mereka melakukan pertempuran pada sore hari, pukul 06.00. Seharusnya esok paginya, pukul 06.00 1 Maret. Tapi mereka malah melakukannya pada 28 Februari sore. Mereka yang menjadi korban dalam pertempuran itu adalah 2 orang TNI, Sukro dan Sudarsono (SOESKOAD, Cet V, 1992).

Halaman: 123Lihat Semua