Menu

BW: Saksi Ahli IT Dilawan Ahli Tata Negara, Ya Nggak Nyambung

Riko 21 Jun 2019, 20:01
Foto (istimewa)
Foto (istimewa)

RIAU24.COM -  Ketua Tim Hukum Jokowi-Maruf, Yusril Ihza Mahendra seakan tak berkutik menghadapi Jaswar Koto, ahli biometric software development dalam sidang ketiga gugatan Pilpres 2019, Rabu 19 Juni 2019 lalu. Jaswar dihadirkan Tim Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai saksi ahli IT.

Dalam sidang, Jaswar menjabarkan hasil analisa yang dilakukannya mengenai pola kesalahan input data Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Pemilu KPU. Kesalahan input data Situng itu cenderung menggelembungkan jumlah perolehan suara pasangan Jokowi-Maruf. 

Di satu sisi, pola itu mengurangi suara pasangan Prabowo-Sandi. Dalam hal ini Jaswar menemukan ada 63 TPS yang terjadi kesalahan input data. 

Menurut dia, kesalahan ini berkorelasi dengan rekapitulasi berjenjang yang dilakukan KPU. Sebab, jumlah total suara pemilih pada Situng dan rekapitulasi manual berjenjang menunjukkan angka yang sama.

Yusril pun menanggapi dengan mempertanyakan kompetensi Jaswar melakukan audit forensik data Situng.

Pertanyaan Yusril tidak cukup sampai di situ. Ketua Umum PBB itu turut menanyakan pendidikan yang pernah ditempuh oleh Jaswar dan pekerjaan yang digeluti.

"S1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), S2 di Notre Dame University (Australia), dan S3 di Osaka Prefecture University," terangnya.

"Keahlian saya engineering simulation menggunakan IT teknologi. Saya bekerja sebagai engineering, tapi lebih fokus menggunakan software development," tegasnya

Tanya jawab Yusril dengan Jaswar ini menjadi sorotan ramai di media sosial. Tak terkecuali, Wakil Direktur BPN Prabowo-Sandi, Vasco Ruseimy seperti biasa membuat vlog diskusi pendek bersama Tim Hukum Prabowo-Sandi, Bambang Widjojanto.

"Kalau lo mendelegitimasi argumen gw, siapa ahli lo?" ucap Bambang dalam vlog unggahan Vasco melalui akun instagramnya @vasco_ruseimy, Jumat 21 Juni 2019.

Menurut Bambang, keterangan Jaswar sebagai ahli teknologi informasi dan forensi tidak bisa dibantah dengan ahli tata negara. 

"Nggak nyambung. Ahli kita ini yang namanya profesor Jaswar Koto itu dia itulah yang membuat print foot," jelasnya. 

Bambang menegaskan bahwa Jaswar Koto yang dihadirkan pihaknya memang kompeten di bidang IT. 

"Patennya luar biasa banyaknya, bukunya sekitar 22, international publicationnya itu ratusan," papar Bambang. 

Keterangan Jaswar menunjukkan bahwa cara-cara kecurangan dalam proses Pemilu 2019, sebagian menggunakan sistem IT. 

"Kemudian itu dimulai karena adanya DPT bermasalah, ini semakin sempurna kecurangan itu," simpulnya.


Sumber: Gelora. co