Menu

Dihajar Produk Impor dari China, Industri Tekstil Indonesia Siap-siap Game Over

Satria Utama 4 Sep 2019, 10:12
sumber foto: ekonomibisnis.com
sumber foto: ekonomibisnis.com

RIAU24.COM - JAKARTA - Kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia saat ini sudah dalam kondisi darurat. Hal ini terjadi pada produk hulu hingga tengah yang berorientasi pasar domestik akibat serbuan produk impor,  terutama dari China.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9). Selain banjirnya produk impor, industri tekstil tanah air makin terpuruk akibat imbas perang dagang AS-China. "Ini keadaan darurat, bila ada pertempuran dua gajah (AS dan China), kalau tak diantisipasi akan menyebabkan kerugian, karena ini langkah darurat," kata Ade seperti dilansir CNBC Indonesia.

Untuk itu, API sedang menyiapkan usulan perlindungan atau pengamanan perdagangan (safeguard) kepada Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) Kementerian Perdagangan. Safeguard terutama pada produk kain yang selama ini sudah dihajar produk impor.

Ade mengatakan selama ini industri hulu seperti benang sudah kena proteksi dengan adanya anti-dumping. Namun, sebaliknya di industri tengah seperti kain justru tarif impo produknya nol persen. Bila ini dibiarkan maka akan berdampak makin buruk bagi semua lapis industri TPT apalagi selisih produk impor dengan lokal terutama kain bisa lebih bersaing 15-20%.

"Kenapa saya harus buat kain, karena kainnya impor, cepat atau lambat, dampak negatif ke hulu," katanya.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DKI Jakarta, Irwandy Rajabasa, mengakui kondisi industri TPT saat ini terpuruk. Dari informasi anggotanya di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi, keberadaan benang dan kain impor murah yang membanjiri pasar disebut telah memukul penjualan anggota API DKI.

Halaman: 12Lihat Semua