Menu

Presiden Tsai Ing-wen Tegaskan Taiwan Merdeka dan Klaim Partai Komunis China Kesalahan Nyata

Riki Ariyanto 16 Jan 2020, 09:21
Anggota KPU Wahyu Setiawan tersangka kasus suap (foto/int)
Anggota KPU Wahyu Setiawan tersangka kasus suap (foto/int)

RIAU24.COM - Kamis 16 Januari 2020, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan negaranya adalah negara merdeka. Bahkan Presiden Tsai menyebut ke BBC, bahwa Negara Komunis China harus "menghadapi kenyataan" serta menunjukkan "rasa hormat".

Seperti dilansir dari Okezone, Presiden Taiwan Tsai terpilih lagi untuk masa jabatan keduanya pada Sabtu, dengan kemenangan telak. Kemenangan Presiden Tsai tak terlepas dari kampanyenya yang sangat fokus pada meningkatnya ancaman dari Beijing.

zxc1

Memang China sejak lama klaim kedaulatan atas Taiwan, dan hak untuk mengambilnya dengan paksa jika perlu. Hanya saja, Presiden Tsai menegaskan, bahwa kemerdekaan pulau yang mengatur diri sendiri itu tidak diragukan atau untuk dinegosiasikan.

"Kami tidak perlu menyatakan diri sebagai negara merdeka," sebut Presiden Tsai hang kini berusia 63 tahun itu dalam wawancara eksklusif dengan BBC. Ini merupakan wawancara pertama kali baginya sejak kemenangan pemilihan.

zxc2

"Kami sudah menjadi negara merdeka dan menyebut diri kami Republik China, Taiwan," sebut Presiden Tsai.

Pernyataan seperti itu membuat Beijing marah, yang menginginkan kembalinya prinsip "Satu China" yang disukai oleh saingan utamanya selama pemilihan presiden, Han Kuo-yu dari Partai Kuomintang.

Bagi para pendukung Taiwan, konsep tersebut telah terbukti menjadi kompromi yang bermanfaat dalam beberapa tahun terakhir. China menegaskan, penerimaan konsep itu sebagai prasyarat untuk membangun hubungan ekonomi dengan Taiwan, justru karena hal itu merupakan penolakan eksplisit keberadaannya sebagai negara kepulauan de facto.

Tetapi Tsai meyakini, bahwa kemenangannya dalam pemilihan presiden ini adalah bukti bahwa tidak ada minta yang besar terhadap konsep Satu China, dan ambiguitas yang dimunculkannya atas status Taiwan yang sebenarnya.

"Situasinya telah berubah," katanya. "Ambiguitas tidak bisa lagi memenuhi tujuan yang seharusnya dilayaninya," dan menurutnya yang benar-benar berubah adalah China sendiri.

"Karena (selama lebih dari) tiga tahun kami melihat China telah mengintensifkan ancamannya. Mereka memiliki kapal militer dan pesawat terbang di sekitar pulau (Taiwan)," sebut Presiden Tsai.

"Dan juga, hal-hal yang terjadi di Hong Kong, orang-orang mendapatkan perasaan nyata bahwa ancaman ini nyata dan semakin serius," lanjut Presiden Taiwan Tsai. (Riki)