Menu

Tolak Diusir, AS Ngotot Lanjutkan Operasi Anti ISIS di Irak

Riko 16 Jan 2020, 15:05
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM -  Militer Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan operasi terhadap ISIS di Irak. Keputusan itu diambil ditengah penolakan keberadaan pasukan Irak pasca serangan drone AS yang menewas Jendral senior Garda Revolusi di Iran yang berujujg pada serangan rudal Taheran terhadap pangkalan-pangkalan Irak.

The New York Times pertama kali yang melaporkan dimulainya kembali operasi militer bersama ini.

Seorang pejabat mengatakan beberapa operasi gabungan antara AS dan pasukan Irak telah dimulai, tetapi jumlahnya belum sebanyak sebelumnya. Pejabat itu mengatakan rincian masih sedang dikerjakan untuk mengembalikan pelatihan pasukan Irak, tetap hal itu relatif segera bisa terjadi.

Pejabat lain mengatakan para pemimpin militer telah membahas dimulainya kembali operasi dengan Irak. Namun tidak diketahui dengan jelas siapa yang terlibat dalam pembicaraan itu atau apakah para pemimpin pemerinta Irak secara terbuka mendukung langkah tersebut seperti dikutip dari AP, Kamis 16 Januari 2020.

Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk membahas keputusan yang belum diumumkan.

Hubungan AS dengan Irak merenggang setelah serangan drone Amerika di dekat bandara internasional Baghdad pada 3 Januari lalu menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani. Parlemen Irak kemudian mengeluarkan resolusi untuk mengusir pasukan AS dari negara itu.

Langkah parlemen Irak kemudian diteruskan oleh Perdana Menteri Irak Adel Abdul Muhdi yang meminta Washington untuk menyusun road map bagi penarikan pasukan. (Baca: Bahas Penarikan Pasukan AS, PM Irak Ajak Pompeo Duduk Satu Meja)

Para pemimpin Irak marah terhadap serangan pesawat tak berawak AS dan serangan balasan oleh Iran. Rudal-rudal Iran menghantam Pangkalan Udara Al-Asad pekan lalu, dan menyerang dekat pangkalan lain, tetapi telah memberikan peringatan sebelumnya dan tidak ada yang terbunuh atau terluka. (Baca: Peringatan Iran Selamatkan Tentara AS dari Serangan Rudal)

Namun para pejabat Irak menyebut serangan AS yang menewaskan Soleimani sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Irak yang tidak dapat diterima. Serangan itu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan milisi yang didukung Iran yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer. Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah pun muncul di Baghdad dan Irak selatan, dengan banyak yang meminta AS dan Iran untuk meninggalkan negara mereka.

AS dengan tegas menolak permintaan itu dan belum bergerak untuk menarik lebih dari 5.000 tentara. Pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, menolak seruan agar pasukan Amerika pergi. Mereka mengatakan pasukan AS sangat penting untuk memerangi kelompok ISIS.

"Kami senang melanjutkan pembicaraan dengan Irak tentang apa struktur yang tepat," kata Pompeo di Gedung Putih pekan lalu.

 

Sumber: Sindonews