Menu

Nekat, Meski Virus Corona Sedang Menggila, Penggemar Kampret Bacem di Daerah Ini Tetap Ramai

Satria Utama 30 Jan 2020, 09:49
Kampret Bacem /foto:tempo
Kampret Bacem /foto:tempo

RIAU24.COM -  Meskipun saat ini tengah merebak adanya virus corona yang diduga ditimbulkan oleh kelelawar, namun sajian kuliner kelelawar di di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul masih terus diminati.

Sajian menu kelelawar bumbu bacem yang jadi andalan penjual kuliner ektrim tetap disuka pelanggannya karena dipercaya  bisa menyembuhkan penyakit terutama asma, asam urat dan diabetes.

Kelelawar yang dipilih untuk dimasak bumbu bacem adalah kelelawar buah atau biasa disebut codot. Bukan kelelawar gua yang baunya sangat anyir. "Saya jual codot bacem sudah turun temurun, tetap banyak yang beli," kata Sukarwanti, penjual codot bacem di Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul, Rabu, 29 Januari 2020.

Sukarwanti meyakini codot bacem olahannya aman dikonsumsi. Sebab, proses pengolahannya lama. Mulai dari membedah kelelawar, membersihkan hingga mengulitinya.

Setelah bersih, codot itu digodok hingga lama. Bumbu bacem dimasukkan dalam rebusan sehingga rasa daging sangat gurih lalu digoreng. Proses memasak yang lama itu diyakini tidak masalah jika daging codot dikonsumsi. "Codot didapat dari warga yang berburu, di tegalan dan dekat pantai," kata Sukarwanti seperti dilansir tempo.co.

Harga codot bacem juga tidak mahal, yaitu antara Rp 7.000-Rp 8.000 untuk ukuran kecil dan sedang. Untuk ukuran besar dijual Rp 15 ribu per ekor.

Para pembeli tidak hanya dari wilayah Gunung Kidul, namun juga banyak dari luar kota. Bahkan ada yang telepon untuk diantarkan codot bacem.

Sukarwanti berpendapat, jika memang virus corona disebabkan oleh kelelawar, itu karena cara memasaknya. Bahkan di Cina ada yang mengonsumsi kelelawar mentah.

Slamet, warga Bantul yang menyukai makanan ekstrem mengaku sering makan kelelawar bacem masakan Sukarwanti ini. Ia juga percaya kalau memasaknya dengan benar, tidak akan menimbulkan penyakit justru menjadi obat. "Saya sudah langganan sejak gempa bumi Bantul 2006. Selain rasanya gurih, juga bisa mengurangi rasa sakit asam urat," kata dia.***