Menu

Kata Pengamat, ini Alasan Kenapa Ahok Jadi Calon Terkuat Pimpin Ibu Kota Baru RI

M. Iqbal 9 Mar 2020, 06:31
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok

RIAU24.COM - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi satu dari empat kandidat sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN).

Seperti diberitakan Detik.com, Ahad, tiga nama lainnya adalah Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, dan Dirut PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Tumiyana.

Analis Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah mengatakan dari tiga nama tersebut, Ahok dinilai punya peluang kuat untuk terpilih.

"Dari 4 orang tentu kemudian kita bisa tebak, Ahok paling punya (peluang) sebesar itu," kata dia.

zxc1

Trubus mengatakan dalam pemindahan ibu kita negara dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang besar, pembangunan infrastruktur, dana yang besar, serta proses yang panjang.

Kemudian, dalam pemindahan dibutuhkan orang yang tidak hanya berwacana. Lalu, punya pengalaman memimpin ibu kota negara.

"Oleh karena itu pembangunan ibu kota baru tidak semata membutuhkan orang yang berwacana, pandai berkata-kata, orang sekadar visi. Jadi orang yang punya pengalaman memimpin ibu kota negara," jelas Trubus.

"Dan ia teruji orangnya punya kompetensi, punya kapabilitas, punya kapasitas untuk memimpin ibu kota negara," lanjutnya lagi.
zxc2

Dia menilai kandidat lain belum cocok untuk Kepala Badan Otorita IKN. Bambang Brodjonegoro misalnya, Trubus menuturkan, Bambang belum punya pengalaman untuk mengelola kota. Sementara Azwar Anas, meski menjadi pimpinan daerah tapi ruang lingkupnya tidak sebesar ibu kota negara.

"Kalau Pak Tumiyana teknis sangat menguasai teknisnya. Kalau Pak Tumiyana posisinya di posisi lapangan. Eksekusi pembangunan, eksekusi program," paparnya.

Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai pimpinan ibu kota baru mesti berintegritas, cerdas, cepat belajar, dan 'kenyang' alias sudah berkecukupan.

"Saya tidak melihat orang per orang, yang namanya pimpinan harus berintegritas," tuturnya.