Menu

Tak Peduli Wabah Corona, Para Bocah Malang Ini Terpaksa Pegang Senjata untuk Bertahan Hidup dari Kartel Narkoba

Siswandi 3 Apr 2020, 12:53
Para bocah di negara bagian Guerrero,Mesiko, yang harus pegang senjata sejak usia belia, untuk bertahan hidup dari serangan kartel narkoba. Foto: int
Para bocah di negara bagian Guerrero,Mesiko, yang harus pegang senjata sejak usia belia, untuk bertahan hidup dari serangan kartel narkoba. Foto: int

RIAU24.COM -  Maraknya kabar di tengah ketakutan masyarakat dunia tentang ganas virus Corona, tampaknya tak berlaku bagi para bocah malang di salah satu negara di Meksiko ini. Pasalnya, meski pun tak ada wabah Corona, mereka sudah ditempa dengan kehidupan yang keras. Karena itu pula, para bocah malang itu sudah harus memegang senjata dibanding alat tulis sekolah. 

Kondisi itu terungkap lewat unggahan foto wartawan reuters, Alexandre Meneghini. Dilansir detik, Jumat 3 April 2020, Meneghini mengungkap cerita tentang kehidupan warga di beberapa desa di negara bagian Guerrero barat daya. 
Di tempat itu, warga memang harus menjalani kehidupan yang keras, karena mereka dituntut harus selalu siap setiap saat  jikalau terpaksa berhadapan dengan kartel narkoba. Nyawa adalah tantangannya. 

Tak hanya itu, Meneghini juga mengungkap betapa kuatnya cengkeraman kartel narkoba di kawasan itu. Bahkan ada sekolah yang berada dalam lokasi yang dikuasai kartel narkoba, sehingga proses pendidikan pun jadi terganggu. 

Dalam waktu singkat, cerita itu langsung membuat dunia jadi gempar. 

Diungkapkan reuters, para bocah di daerah itu -- tak peduli perempuan atau laki-laki -- terpaksa harus berhenti sekolah dan berhenti bermain. Mereka kemudian beralih menjadi pemegang senjata dan siap membela diri.  Sudah lama warga di kawasan itu hidup di bawah tekanan dan tidak ada pilihan. Mereka harus melakukan langkah itu, untuk mempersiapkan diri membela keluarga, saudara mereka, dan membela desa. 

Kondisi itu dibenarkan salah seorang warga David Sanchez Luna. Wanita berumur 56 tahun itu mengungkapkan, ia harus pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa, ketika ibu mertuanya disiksa dan dibunuh kartel narkoba. Peristiwa itu terjadi ketika sang ibu mertua sedang keluar dari kelompoknya.Karena fakta itu pula, ia membiarkan  anak perempuannya yang berusia 7 tahun dan 12 tahun menerima pelatihan sejanta. 

Pengakuan serupa juga diungkapkan para tetua di daerah itu. Mereka mengambil langkah berjaga seperti ini, karena putus asa untuk mendapatkan bantuan dari petinggi yang jauh di Meksiko City. Mereka juga mengatakan bahwa anak-anak mereka terpaksa dihentikan sekolah, karena sekolahnya berada di kawasan yang dikuasai kartel. Meski demikian, mereka menegaskan langkah itu bukan berarti mereka menggunakan anak-anak untuk memerangi ataupun menembak para kartel narkoba. 

Hingga saat ini, tekanan itu masih saja dirasakan warga desa di negara bagian Guerrero. Bahkan hanya untuk memanen jagung saja, mereka harus menyandang senjata. Semua itu dilakukan sebagai antisipasi jika terjadi serangan mendadak yang dilakukan kartel narkoba. Duh! ***