Menu

Sudah Ratusan Warganya Meninggal Akibat Corona, Tapi Negara Ini Dianggap Terlalu Santai Merespon

Siswandi 4 Apr 2020, 16:46
Ilustrasi, salah satu kawasan rapat penduduk di Swedia. Foto: int
Ilustrasi, salah satu kawasan rapat penduduk di Swedia. Foto: int

RIAU24.COM -  Pemerintah Swedia tengah mendapat sorotan dari dunia internasional. Pasalnya, negara itu dinilai terlalu santai dalam menghadapi pandemi virus Corona, yang kini telah menyebar ke seluruh belahan di atas bumi.

Selain dikenal sebagai negara yang makmur, Swedia juga diketahui memiliki jaminan sosial yang kuat. Meski kasus Corona di negara itu telah mencapai 6 ribu kasus, namun sejauh ini pemerintah Swedia disebut belum melakukan tindakan dan antisipasi secara tegas. Sehingga negara itu dianggap mempertaruhkan nyawa warganya. Sedangkan kasus meninggal akibat Corona, tercatat telah menyentuh angka 333 orang.

Menyikapi sorotan itu, Menteri Kesehatan Lena Hallengren membantahnya. "Tidak, ini bukan bisnis seperti biasanya di Swedia," ungkapnya, dilansir detik yang melansir afp, Sabtu 4 April 2020.

Untuk diketahui, sejauh ini Swedia belum juga menerapkan lockdown seperti banyak negara lainnya. Pemerintah setempat hanya mengeluarkan sejumlah imbauan dan menyerukan warga untuk "masing-masing bertanggung jawab" dan mengikuti panduan.

Namun menurut Hallengren, pemerintahnya telah memberlakukan serangkaian langkah dan siap mengambil langkah-langkah lainnya jika diperlukan.

Warga di atas usia 70 tahun dan kelompok-kelompok berisiko telah diingatkan untuk menghindari kontak dengan orang lain. Jenjang pendidikan tinggi juga telah diimbau untuk melakukan kelas online. Selain itu, warga juga berulang kali diminta untuk bekerja dari rumah, dan melakukan isolasi mandiri jika menunjukkan gejala-gejala ringan virus corona.

Langkah yang lebih tegas adalah melarang pertemuan lebih dari 50 orang dan melarang kunjungan ke panti jompo.

Menurutnya, imbauan-imbauan tersebut telah memberikan efek nyata. Diperkirakan sepertiga warga Stockholm, ibu kota Swedia, kini bekerja dari rumah.

Namun bertolak belakang dengan kebanyakan negara Eropa, restoran dan sekolah-sekolah tetap buka. Bahkan meski jalan-jalan di Stockholm -- pusat wabah virus corona di Swedia -- kurang ramai dari biasanya, namun masih jauh untuk disebut sebagai kota hantu.

Sejauh ini tampaknya publik juga mendukung kebijakan pemerintah Swedia. Sebuah polling yang dirilis awal pekan ini oleh firma analis Novus menunjukkan, bahwa kepercayaan pada pemerintah meningkat signifikan pada Maret, dengan 44 persen responden mengatakan sangat percaya pada Perdana Menteri Stefan Lofven. Angka ini naik dari 26 persen pada Februari lalu.

Namun tidak semua mendukung kebijakan pemerintah Swedia tersebut. Salah satunya adalah Marcus Carlsson, seorang ahli matematika di Lund University. Karena sikap pemerintah Swedia yang seperti itu, ia menuduh pemerintah Swedia bermain "roulette Rusia dengan penduduk Swedia". ***