Menu

Kisah Wafatnya Tokoh Poligami Dunia, Punya 42 Istri, 156 Anak dan 250 Cucu

Satria Utama 23 Apr 2020, 09:50
Mendiang Francisco Tchikuteny Sabalo ditampilkan pada tahun 2015 bersama beberapa keluarganya.
Mendiang Francisco Tchikuteny Sabalo ditampilkan pada tahun 2015 bersama beberapa keluarganya.

RIAU24.COM -  Tokoh poligami dunia, Fransisco Tchikuteny Sabalo alias Big Dad meninggal dunia pada pekan lalu, 14 April, di usia 72 tahun. Francisco yang sudah lama berjuang dengan penyakit kanker prostat menghembuskan napas terakhir di rumahnya, di Pulau Mungongo, Namibe.

Tokoh poligami Angola itu meninggalkan 42 istri, 156 anak dan 250 cucu. Maka tak heran jika saat pemakamannya di Giraul do Meio, dipenuhi pelayat.

Menurut  salah seorang putranya, Lumbaneny Sabalo, dia telah mencari perawatan di Luanda dan tempat lain lebih dari setahun yang lalu, tetapi ia akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia ingin jika Tuhan memanggilnya, setidaknya dia akan mati di samping anak-anak dan ibu mereka.

Dia adalah "manusia seutuhnya" yang menghargai keluarga dan memperjuangkan pendidikan, kata seorang pembicara selama kebaktian itu, yang diadakan di bawah kanopi penapisan matahari di Giraul do Meio, yang dikenal secara lokal sebagai Pulau Mungongo, dekat kota pelabuhan selatan Namibe.

Tchikuteny adalah seorang Kristen yang menjadi anggota Orde Ecclesiastik Baru Angola. Dia dimakamkan di pemakaman terdekat yang baru didedikasikan untuk keluarganya.

Istri pertama Eva Domingos Bartolomeu mengatakan kepada VOA bahwa dia berharap keluarga itu tetap bersatu, sesuai dengan keinginan Tchikuteny. "Aku akan melakukan apa saja untuk memberi makan anak-anaknya dan tetap sehat," katanya.

Keluarga besar ini bergantung pada pertanian, beternak domba, kambing dan sapi, ditambah tanaman tomat, kol, bawang, paprika dan jagung. Mereka menjual surplus di pasar.

Dengan kematian Tchikuteny, kata Lumbaneny Sabalo, mereka kehilangan sosok seorang ayah. Dia meminta jurnalis dan yang lainnya untuk terus mengunjungi pulau itu, "tempat tinggal terbesar di Angola, dan dia akan tetap hidup dalam sejarah negara ini."***