Menu

Ngeri, Ketika Tertibkan Penambangan Emas Ilegal, Kapolsek Ini Malah Disandera dan Ditikam Hingga Terkapar

Siswandi 12 May 2020, 10:03
Ilustrasi, tambang emas ilegal di Jambi.Foto: int
Ilustrasi, tambang emas ilegal di Jambi.Foto: int

RIAU24.COM -  Nasib mengenaskan dialami Kapolsek Pelepat, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, Iptu Suhendri. Ia menjadi korban aksi penyanderaan yang dilakukan ratusan warga di Dusun Batu Kerbau. Tak hanya disandera, Suhendri bahkan terkapar berlumuran darah, karena ditikam. 

Tak hanya Suhendri, enam anggotanya dari Polsek Pelepat juga menjadi korban. Mereka ikut menjadi korban aksi pengeroyokan. 

Menurut informasi di lapangan, penyanderaan berikut penganiayaan itu terjadi setelah mereka menangkap dua orang tersangka pelaku peti mas atau penambangan emas ilegal, di Desa Baru dan Desa Batu Kerbau, Kecamatan Pelepat. 

Dilansir viva, Selasa 12 Mei 2020, saat akan keluar dari kampung, Kapolsek dan anggotanya tiba-tiba dihadang masyarakat di tengah jalan. Mereka menuntut dua warga yang ditangkap, segera dilepas kembali. Dari sana, kondisi jadi tak terkendali sehingga berakhir rusuh. 

Kapolres Bungo, Tri Saksono, membenarkan adanya kejadian itu. Saat ini, kedua warga yang sudah diamankan tersebut, masih diproses di Mapolres Sarolangon.

"Benar ada, dua diduga pelaku penambangan peti mas ilegal diamankan di Desa Batu Kerbau, Bungo yang saat ini sedang diperiksa intensif," ujar Tri, Senin 11 Mei 2020.

Sedangkan Suhendri, saat ini masih dirawat intensif dirumah sakit Bungo. "Saat ini, Kapolsek Pelepat dirawat intensif di rumah sakit Bungo," terangnya. 

Terkait kronologis kejadian itu, Tri menceritakan, aksi penganiayaan itu diawali saat tim gabungan melakukan razia tambang peti mas di Desa Batu Kerbau, baru-baru ini. Razia digelar setelah aparat Kepolisian menerima kabar tentang aktivitas peti mas menggunakan alat berat jenis eskavator di sungai yang mengalir di desa itu. 

Namun razia saat itu gagal, karena hujan turun sehingga akses jalan menuju lokasi penambangan itu tak bisa dilintasi. Buntutnya, puluhan petugas pun pulang dengan tangan kosong. 

"Pada hari Minggu, 10 Mei 2020, sekitar pukul 10.00 WIB, pihak tim Kepolisian kembali lagi turun ke tempat penambangan peti mas itu. Hasilnya, dua warga diamankan karena diduga para pelaku penambangan.

Namun suasana berubah total saat petugas akan kembali pulang, sekitar pukul 21.30 WIB. Ketika itu, petugas tiba-tiba dihadang ratusan warga yang meminta rekan mereka segera dilepaskan. Diperkirakan, ada sekitar 400 warga yang ikut dalam aksi penghadangan itu. Termasuk wanita dan anak-anak. 

Ketika itu, Suhendri sempat berusaha menenangkan warga. Saat ini Suhendri dan anggota berusaha membubarkan kerumunan massa, rusuh pun pecah. 

Warga tiba-tiba melakukan pengeroyokan dangan menggunakan batu, kayu dan senjata tajam. Akibatnya, Suhendri pun berlumuran darah karena ditikam. 

Tak hanya itu, mobil yang digunakan petugas juga mengalami kerusakan. Sedangkan dua tersangka yang sempat diamankan, kabur melarikan diri dari lokasi rusuh. "Begitu pula barang bukti yang sudah diamankan, diambil massa lagi," paparnya.

Setelah menerima kabar itu, Trisaksono menuturkan, pihaknya langsung menurunkan ratusan petugas Kepolisian dibantu TNI, ke lokasi kejadian. Selanjutnya, petugas yang disandera warga langsung diselamatkan. Sedangkan pelaku yang sempat kabur, akhirnya kembali diamankan. ***