Menu

Patut Diacungi Jempol, Begini Saran Pengusaha Bus Agar Perantau yang Sudah Kepepet Bisa Mudik Tanpa Khawatir Sebarkan Corona

Siswandi 14 May 2020, 20:42
Ilustrasi
Ilustrasi

"Jadi orang itu punya kepastian. Kalau nggak travel-travel gelap ini akan terus jalan. Dan saya nggak menyalahkan mereka, karena travel gelap itu sifatnya membantu orang yang benar-benar kepepet di Jakarta, mau pulang nggak bisa," sebutnya.

Selain itu, pemudik juga harus menandatangani surat pernyataan untuk dikarantina sesampainya di kota tujuan. Karantina ini perlu dilakukan agar pemudik tersebut benar-benar bebas dari virus sehingga tidak menyebarkan ke kampung halamannya.

"Nah karantina ini ada hubungannya sama satu kita minta aman, yang kedua tercatat. Tercatat ini harusnya pakai jalur pemda, misalnya panggil Pemda Purworejo, bikin posko di Pulo Gebang, didata warga Purworejo yang mau pulang, (datang) ke posko Purworejo di Pulo Gebang, rapid test, boleh pulang, tanyai desanya mana, tunjuk PO (bus) mana yang boleh melayani. Katakanlah Sumber Alam, maka (bus) Sumber Alam hanya boleh berhenti di titik ini. Setelah itu petugas yang di sini (kota tujuan pemudik) sudah tahu besok pagi ini ada penumpang Sumber Alam, desa ini, ini, ini, sudah datang semua, sudah dites negatif (COVID-19), tapi perlu dikarantina," tuturnya lagi panjang lebar.

Untuk menyiasati tempat karantina yang terbatas, Anthony menyarankan agar disediakan dua lokasi karantina.

Sedangkan waktu perpulangan para pemudik juga bisa digilir secara rombongan per 1 minggu sekali.

Jadi, misalkan minggu pertama pemudik dikarantina di satu lokasi, minggu kedua di lokasi karantina lain. Sementara rombongan pemudik pada minggu ketiga, bisa menggunakan lokasi karantina pertama yang rombongan pemudik minggu pertama selesai dikarantina.

Halaman: 234Lihat Semua