Menu

Dua Pilihan Hidup yang Kini Dihadapi Jutaan Warga Afghanistan di Tengah Pandemi : Mati Karena Corona Atau Kelaparan

Devi 29 May 2020, 14:38
Dua Pilihan Hidup yang Kini Dihadapi Jutaan Warga Afghanistan di Tengah Pandemi : Mati Karena Corona Atau Kelaparan
Dua Pilihan Hidup yang Kini Dihadapi Jutaan Warga Afghanistan di Tengah Pandemi : Mati Karena Corona Atau Kelaparan

RIAU24.COM - Pandemi virus Corona memberi imbas yang sangat mengerikan bagi seluruh penduduk bumi, tanpa tersisa. Apalagi bagi masyarakat yang hidup di tengah perang, Hidup dalam kehidupan marjinal sejak sebelum pandemi, membuat Afghanistan tak punya apa-apa lagi yang tersisa. Dirundung konflik dan perang selama lebih dari 40 tahun, Afghanistan sekarang berada di tengah krisis yang bahkan lebih besar, terutama dengan sistem perawatan kesehatan negara yang belum berkembang.

Dalam kuartal pertama 2020, 533 warga sipil — termasuk lebih dari 150 anak-anak — terbunuh karena pertempuran, kata PBB, dan kekhawatiran semakin bertambah karena meningkatnya kasus virus corona. Kebijakan penguncian membuat warga mereka tak punya pilihan selain menjadi pengemis. Pilihannya hanya dua: mati karena corona atau kelaparan.

Saat ini, penguncian di Afghanistan menawarkan dilema yang menyiksa bagi Asadullah Haidery dan keluarganya, seperti halnya bagi banyak warga Afghanistan lainnya, yang jatuh sakit atau kelaparan. Selama sebulan terakhir, buruh berusia 33 tahun, yang sebelumnya bekerja di bidang konstruksi itu, berjuang dengan ketakutan dan ketidakpastian. Ia terpaksa mengabaikan imbauan pemerintah untuk tetap tinggal di rumah dan menjaga jarak. Hampir tiap hari, menurut laporan Foreign Policy, ia hanya duduk di pinggir jalan di belakang gerobaknya, berharap untuk bekerja namun berisiko terkena virus corona.

“Tinggal di rumah adalah pilihan yang tidak bisa saya ambil. Itu berbeda sebelum pandemi. Saya memiliki pekerjaan hampir setiap hari dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga saya. Bulan ini, saya pulang dengan tangan kosong setiap hari.” katanya, seraya menambahkan ia merasa malu.

Istri Haidery sedang hamil, dan lima anak-anak sebagian besar bertahan hidup dengan kacang dan beralih menjadi pengemis pula. Dengan kasus corona Afghanistan yang dikonfirmasi secara resmi sebanyak 13.036, jutaan keluarga yang dilanda kemiskinan menghadapi dilema yang sama dengan Haidery. Lebih dari setengah dari 37 juta populasi hidup di bawah garis kemiskinan, dengan ratusan ribu pekerja harian di ibu kota saja — termasuk sekitar 60.000 pekerja anak.

“Jika kita tidak menganggap serius virus corona, itu (corona) akan menganggap kita serius pula,” ujar Menteri Kesehatan Masyarakat Ferozuddin Feroz sebelum penguncian kota, yang mulai berlaku pada akhir Maret. Namun, sebelum pandemi, PBB telah memproyeksikan, 14 juta orang Afghanistan dapat menghadapi tingkat darurat kerawanan pangan selama bulan-bulan musim dingin. Sekarang, penutupan perbatasan sementara dan rantai pasokan makanan terganggu telah membuat harga melambung.

Halaman: 12Lihat Semua