Menu

Arab Saudi Kerja Sama dengan China di Bidang Nuklir, Israel Malah Ketakutan

Satria Utama 21 Aug 2020, 09:24
Reaktor nuklir Arab Saudi
Reaktor nuklir Arab Saudi

RIAU24.COM -  Arab Saudi saat ini sedang menjalin kerja sama dengan China dan Yordania dalam program pengolahan bijih uranium untuk bahan baku tenaga nuklir. Hal ini membuat Israel khawatir dan merasa terancam.

Saudi diketahui membangun fasilitas untuk mengolah uranium menjadi bahan baku nuklir, yellow cake atau urania, di dekat kota Al Ula. Lokasinya berada di tengah padang pasir.

Kekhawatiran Israel muncul karena Saudi lebih memilih menggandeng China, yang dinilai sebagai sekutu Iran, untuk menjalankan program itu ketimbang AS.

"Ada tanda-tanda yang membuat kami khawatir tentang apa yang dilakukan di fasilitas itu. Sampai saat ini belum diketahui apa yang terjadi di sana, baik oleh Amerika Serikat (sekutu Saudi) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan IAEA berupaya memeriksa langsung," kata seorang pejabat Israel seperti dilansir CNN Indonesia yang mengutip situs berita Walla, Jumat (21/8).

Pejabat Israel itu cemas program nuklir Saudi akan merusak hubungan tidak resmi kedua negara, terutama untuk membendung pengaruh Iran. Apalagi saat ini Israel sedang getol merayu negara-negara di kawasan Timur Tengah, atau negara-negara anggota Liga Arab, untuk melakukan normalisasi hubungan dengan tujuan mewujudkan perdamaian dengan Palestina.

Israel juga khawatir fasilitas itu digunakan Saudi untuk mengembangkan senjata nuklir. Apalagi dua tahun lalu Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, pernah berujar bahwa mereka akan melakukan langkah yang sama jika Iran mengembangkan bom nuklir.

Program nuklir Saudi sebenarnya digelar sejak lebih dari satu dasawarsa. Mereka menargetkan mendirikan 16 reaktor nuklir pada 2040, dan menggelar pelatihan bagi para teknisi untuk menambang dan mengolah uranium.

Di sisi lain, Arab Saudi menyatakan tidak akan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel sampai perjanjian perdamaian dengan Palestina ditandatangani.

Yang dikhawatirkan selama ini adalah jika jumlah pengayaan melewati batas yang ditentukan dalam Pakta Non-Proliferasi Nuklir, maka bisa memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan Timur Tengah.

Pemerintah China menyatakan kekhawatiran AS dan Israel tentang penyelewengan program nuklir Saudi tidak berdasar dan tidak perlu. Sebab, mereka menjamin program itu dilakukan untuk tujuan damai.

"China dan Arab Saudi menjalin kerja sama bilateral yang baik di berbagai bidang. China juga terus berupaya mengajak untuk menggunakan tenaga nuklir dalam tujuan damai dan bertanggung jawab. Kami akan tetap menjalankan ketentuan non-proliferasi dan mengajak negara lain menggunakan tenaga nuklir untuk tujuan damai," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, dalam jumpa pers di Beijing kemarin.****