Menu

Sungai Tangian di Rambahan LTD Mulai Jernih, Aktivitas Masyarakat Kembali Normal

Replizar 22 Aug 2020, 15:29
Sungai Tangian di Rambahan LTD Mulai Jernih, Aktivitas Masyarakat Kembali Normal (foto/int)
Sungai Tangian di Rambahan LTD Mulai Jernih, Aktivitas Masyarakat Kembali Normal (foto/int)

RIAU24.COM - KUANSING- Masyarakat Desa Rambahan Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Yang dalam dua Minggu belakangan ini, Sungai Tangian yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk aktivitas Mandi Cuci Kakus (MCK), dan sempat berwarna gelap, sehingga tidak bisa lagi dipergunakan oleh masyarakat. 

zxc1

Namun saat ini kondisi air Sungai Tangian yang berada di Desa Rambahan Kecamatan Logas Tanah Darat, sudah mulai membaik sejak dua minggu yang lalu. "Sekarang air Sungai Tangian sudah seperti biasa, air sungai sudah kembali normal, tidak seperti dua minggu lalu yang sempat berwarna gelap," ungkap Kepala Desa Rambahan, Ali Nasri, Kamis (20/8).

Menurut Ali, masyarakat Desa Rambahan selalu memanfaatkan Air Sungai Tangian untuk kegiatan mandi, mencuci pakaian dan mencuci piring. Selama kondisi air berubah warna, tidak ada penyakit yang dikeluhkan masyarakat. "Sebenarnya ini tidak fatal, karena tidak ada ikan yang mati dan tidak ada juga penyakit yang dikeluhkan masyarakat. Hanya saja, kondisi air sungai yang biasanya jernih, tiba tiba berubah menjadi gelap, tentu saja membuat masyarakat menjadi tidak nyaman," ujarnya.

zxc2

Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kuantan Singingi, Drs. Rustam mengatakan pihaknya tidak mendapat laporan resmi dari masyarakat terkait perubahan warna Sungai Tangian. " Tapi kami tahunya dari media. Ketika tahu, kami langsung koordinasi dengan pihak desa dan PT RAPP. Ternyata, perusahaan sudah turun dan duduk bersama masyarakat," sebutnya.


Dijelaskannya, Pada saat proses pemanenan, kulit eukaliptus dikupas. Kemudian ketika hujan turun, kulit tersebut terendam dan airnya kemudian mengalir ke anak sungai. Ini yang mengakibatkan air sungai berubah.

DLH Kuansing juga meminta RAPP untuk mengatasi persoalan tersebut. Sehingga disarankan agar pihak perusahaan membuat semacam embung, tempat pengolahan air yang mengandung getah Eukaliptus. "Kalau Embung itu ada, tentu air yang mengandung getah eukaliptus tak langsung mengalir ke sungai. Sekarang airnya sudah seperti semula, tidak berwarna hitam lagi," tuturnya.

Menurutnya, pihak perusahaan dan masyarakat sudah duduk bersama, guna membicarakan persoalan tersebut. Beberapa kesepakatan tercapai antara kedua belah pihak. Salah satunya pengairan di desa, Pemerintah Desa Rambahan meminta dibangunkan sumur bor. DLH berharap, keinginan masyarakat tersebut segera direalisasikan oleh perusahaan.

Menanggapi hal tersebut, Communications Manager RAPP, Budhi Firmansyah mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan peninjauan ke lapangan, guna memastikan kondisi tersebut. Perubahan warna air sungai yang diduga berasal dari sisa-sisa organik, berupa daun dan ranting pohon, sisa pemanenan tanaman eukaliptus di lokasi Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang bermitra dengan perusahaan. 

"Kondisi tersebut mengakibatkan warna air sedikit gelap, namun kemudian kondisinya telah membaik, dan warna air sungai sudah kembali seperti semula," tambahnya.

Budhi menambahkan, perusahaan dan masyarakat setempat melalui perangkat desa dan perwakilan masyarakat desa, telah melakukan peninjauan serta mengambil langkah-langkah antisipatif, yaitu : 1. Membangun kolam resapan, 

2. Membersihkan aliran sungai dari sampah, 

3. Bekerjasama dengan masyarakat desa, untuk melakukan perbaikan ke depannya.

"Perusahaan senantiasa menerapkan praktek terbaik, dengan standar operasional prosedur dalam segala kegiatan bisnis dan operasionalnya. Hal ini mengacu kepada aturan dan Perundang-Undangan, yang ditetapkan oleh pemerintah," tukasnya. (Zar/Rls)