Menu

Bukannya Takut, Ratusan Hotel Malah Berebut jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19, Pertanda Apa?

Siswandi 16 Sep 2020, 13:57
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Rencana pemerintah memanfaatkan hotel bintang dua dan tiga sebagai lokasi isolasi pasien Covid-19 bergejala ringan atau atau orang tanpa gejala (OTG), ternyata disambut antusias pihak pengelola hotel. Khususnya di Jakarta. 

Begitu rencana itu dilontarkan, lebih dari 100 hotel langsung menyatakan berminat untuk jadi tempat isolasi. Tidak ada ketakutan, kalau kemudian bakal muncul dampak akibat penerapan rencana itu. Pertanda apa?

Seperti diungkapkan Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, pihaknya telah melakukan rapat internal maupun rapat gabungan dengan pemerintah dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 guna membahas program tersebut. 

"Dari data kami, baru dibuka sebentar saja sudah lebih dari 100 hotel yang ingin ikut mendaftar. Itu baru perhotelan di DKI Jakarta saja," kata Alan, demikian ia akrab disapa, Selasa 15 September 2020 tadi malam .

Alan mengaku belum mengetahui kapan persisnya program baru pemerintah tersebut akan dimulai. Yang jelas, penyedia akomodasi perhotelan standby dan siap kapan pun. Pihaknya juga mempersilakan semua hotel ataupun grup hotel lokal maupun internasional yang berminat untuk ikut mengajukan.

"Sejauh ini terbuka. Kami di PHRI membuka kesempatan buat semuanya, fair, tidak memihak ke satu dua brand atau grup hotel. Lokasi hotel yang disiapkan nantinya juga harus tersebar, jangan terpusat di satu wilayah," tambahnya dilansir dari cnnindonesia. 

Hunian Rendah 
Meski banyak yang takut dengan keberadaan virus itu, namun program itu tak menghalangi pihak pengelola hotel untuk mengajukan diri untuk menampung pasien Covid-19. 

Ternyata, hal itu dinlai sebagai angin segar di tengah banyaknya hotel yang terpuruk akibat dihantam pandemi Covid-19.

Menurut PHRI, saat ini rata-rata tingkat hunian kamar hotel masih rendah, berkisar 20-25 persen. Ditambah lagi pengetatan PSBB di DKI Jakarta kali ini, diprediksi akan berdampak pada okupansi perhotelan.

Menurut Direktur Operasional Omega Hotel Manajement (OHM) Aswin B. Drajat, tidak dapat dimungkiri bahwa industri pariwisata, termasuk perhotelan memang yang paling merasakan dampak luar biasa akibat adanya pandemi ini. 

"Sebagai operator hotel, kami berusaha keras agar jangan sampai ada hotel yang tutup. Dengan adanya PSBB, tentu tingkat hunian hotel hanya bisa mengharapkan kehadiran wisatawan lokal. Oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat semakin membuka anggaran belanja untuk hotel," harapnya. ***