Menu

Bahaya, Rusia Ngamuk dan Ancam Serang Turki di Azerbaijan

Riko 1 Oct 2020, 10:21
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM - Penyebab hancurnya dua unit jet tempur Angkatan Bersenjata Armenia disebut adalah karena serangan pesawat perang milik militer Turki. Selain menuai kecaman dari Armenia, Turki dikhawatirkan akan memancing kemarahan Rusia.

MengutipVIVA Militer, Rabu 30 September 2020, disebutkan bahwa ada dua unit pesawat tempur Sukhoi Su-25 Angkatan Bersenjata Armenia yang jatuh di wilayah pegunungan. Jatuhnya pesawat-pesawat tempur itu diklam Kementerian Pertahanan Armenia, akibat serangan jet perang Angkatan Bersenjata Turki (TSK).

Insiden ini mengundang kemarahan Rusia, yang merupakan sekutu terbesar Armenia. Intervensi Turki dalam Perang Armenia-Azerbaijan, membuat Rusia geram dan mengancam akan berbalik menyerang. Lewat juru bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Zakharova, Rusia memastikan akan mendukung penuh untuk melawan pasukan gabungan Turki dan Azerbaijan.

"Kabar jatuhnya pesawat tempur Su-25 yang disebabkan oleh F-16 menurut Kementerian Pertahanan Armenia, akan memperumit situasi. Karena, Moskow berkewajiban untuk memberikan bantuan militer kepada Armenia, di bawah Perjanjian Taskhent,” ujar Zakharova dikutip VIVA Militer dari Bulgariamilitary.com.

Zakharova juga mengonfirmasi bahwa pemerintah Armenia tengah mempertimbangkan pengaktifan Pasal 4 Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif (CSTO) 1992.

CSTO sendiri merupakan perjanjian keamanan yang melibatkan Rusia, dengan anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka. Dan yang perlu diketahui, Armenia adalah salah satu dari lima negara Persemakmuran Negara-negara Merdeka, selain Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Pasal 4 CSTO berbunyi, "Jika salah satu Negara Pihak menjadi sasaran agresi oleh negara atau kelompok negara mana pun, maka ini dianggap sebagai agresi terhadap semua Negara Pihak pada perjanjian ini."

Situasi ini membuat hubungan Turki dan Rusia kembali memanas. Kedua negara ini juga terlibat dalam pengerahan pasukan proksi, dalam Perang Saudara Libya. Turki mengirim sejumlah pasukannya ke Libya, untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) melawan pasukan pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA) yang didukung oleh Rusia.

Turki disebut menggunakan jasa tentara bayaran, yang diambil dari SADAT International Defense Consultancy Inc pimpinan Jenderal Adnan Tanriverdi. Sementara, Rusia juga melakukan hal yang sama dengan mengerahkan pasukan bayaran dari perusahaan keamanan swasta, Wagner Group.