Menu

Cluster Virus Corona Dalam Keluarga Meningkat di Bogor, Depok, Bekasi

Devi 7 Oct 2020, 17:09
Cluster Virus Corona Dalam Keluarga Meningkat di Bogor, Depok, Bekasi
Cluster Virus Corona Dalam Keluarga Meningkat di Bogor, Depok, Bekasi

RIAU24.COM -  Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan bahwa setidaknya tiga daerah di provinsi tersebut menghadapi lonjakan cluster keluarga COVID-19. Ridwan, yang telah membuka kantor di Depok untuk memantau tanggapan pemerintah terhadap COVID-19, mengatakan pandemi masih dalam keadaan mengkhawatirkan karena Bogor, Bekasi, dan khususnya Depok masih mencatat peningkatan kasus yang dikonfirmasi. “Ini adalah minggu kedua saya bekerja dari Depok, dan saya telah berkoordinasi erat dengan para pemimpin Bogor, Depok, dan Bekasi untuk memastikan bahwa kita semua berada di halaman yang sama.

“Apa yang saya terima sejauh ini adalah bahwa kami mengalami lonjakan dalam kelompok keluarga. Misalnya, dari 200 keluarga [yang sudah memastikan kasus COVID-19] di Bogor, rata-rata tiga anggota keluarga tertular virus. Situasi serupa terjadi di Bekasi, ”kata Ridwan seperti dikutip kompas.com, Selasa.

Dia menambahkan, sesuai penelusuran kontak yang dilakukan, cluster keluarga terhubung dengan cluster perkantoran. Dia mengaku belum mengetahui lokasi cluster kantor tersebut. Kami masih menyelidiki apakah sumber penularannya dari kantor tertentu di Jakarta atau dari warga Bogor sendiri yang kebetulan juga bekerja di Jakarta, tambah Ridwan. Hingga Selasa, Jawa Barat telah mencatat 24.910 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dengan 15.128 pemulihan dan 511 kematian.

Dari lebih 24.000 kasus di provinsi itu, Depok menyumbang paling besar dengan 5.013. Sekitar 1.416 pasien diisolasi, 3.454 telah pulih dan 143 meninggal. Hingga Selasa, Bogor mencatat 1.413 kasus terkonfirmasi dengan 961 pemulihan dan 52 kematian, sedangkan Kabupaten Bogor mencatat 2.022 kasus terkonfirmasi dengan 1.338 pemulihan dan 56 kematian. Hingga Senin, Bekasi mencatat 1.753 kasus terkonfirmasi dengan 1.607 pemulihan dan 104 korban jiwa. Pada hari Selasa, juru bicara satuan tugas COVID-19 nasional Wiku Adisasmito mengatakan dia berharap lebih banyak orang akan bersedia untuk memilih tes reaksi berantai polimerase individu (PCR), juga dikenal sebagai tes swab, karena pemerintah telah menetapkan batasan harga, kompas.com dilaporkan. Para ahli setuju bahwa tes PCR tetap menjadi metode pengujian COVID-19 terbaik yang tersedia.

Pemerintah telah menetapkan batas harga Rp 900.000 (US $ 60,6) untuk tes swab yang diminta secara individu untuk menghilangkan disparitas harga menyusul kekhawatiran akan tingginya biaya tes di laboratorium swasta. Kementerian Kesehatan mengatakan pagu harga akan dievaluasi secara berkala. Sebelum kebijakan itu, satuan tugas COVID-19 nasional mengatakan beberapa rumah sakit mengenakan biaya lebih dari Rp 2,5 juta untuk satu tes swab.

Halaman: Lihat Semua