Menu

Kemarahan Adalah Sifat Iblis, Berikut Tips Dari Imam Al Ghazali Untuk Menghilangkan Amarah

Devi 23 Oct 2020, 13:42
Kemarahan Adalah Sifat Iblis, Berikut Tips Dari Imam Al Ghazali Untuk Menghilangkan Amarah
Kemarahan Adalah Sifat Iblis, Berikut Tips Dari Imam Al Ghazali Untuk Menghilangkan Amarah

 

RIAU24.COM -  KAMUS Hall mendefinisikan kemarahan sebagai perasaan gampang marah, perasaan ganas, marah, marah dan marah. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa amarah adalah nyala api yang membakar hati seseorang. Jika dikendalikan oleh sifat amarah maka itu seperti dikuasai setan karena makhluk itu berasal dari api.

Menurut al-Ghazali, amarah berdampak buruk pada aspek eksternal dan internal manusia. Secara lahiriah, hal itu menyebabkan insiden pemukulan, kutukan dan teguran. Sedangkan aspek batiniah, menimbulkan rasa iri, bersuka cita atas kesengsaraan orang lain, membenci kebahagiaan orang lain dan mengungkap rahasia orang lain.

Ada beberapa contoh ayat Alquran dan hadits Nabi SAW yang menjelaskan sifat amarah. Misalnya, umat Islam didorong untuk melafalkan doa perlindungan dari setan untuk menghindari amarah. Kalimat Allah SWT yang artinya: "Dan jika kamu dihasut oleh hasutan dari setan, maka mohonlah perlindungan dari Allah, memang Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." - (Surah al-A'raf, ayat 200).

Kesabaran itu penting karena akan menghindari amarah ini. Allah SWT berfirman berarti: "Dan (mengingat) Allah dan pasien." - (Surah al-Anfal, ayat 66).

Sementara ada hadits yang menyatakan bahwa kekuatan sesungguhnya dari seseorang tidak berhasil dalam pertengkaran tetapi keberhasilan yang sesungguhnya adalah kesabaran.

Kata-kata Rasulullah SAW yang artinya: "Tidak sekuat itu (karena bisa mengalahkan orang) dengan bertempur, tapi kekuatan yang sesungguhnya adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya saat marah". - (Hadits otentik diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu, ada seorang pria yang berkata kepada Nabi SAW: "Beri aku nasehat." Nabi (damai dan berkah dari Allaah besertanya) bersabda: "Jangan marah." Jadi orang tersebut mengulangi permintaannya beberapa kali. Nabi SAW menjawab: "Jangan marah." - (riwayat hadits al-Bukhari).

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah menekankan bahwa seseorang harus menghindari sifat amarah ini.

Bagi siapa pun yang pernah marah dan akan marah, al-Ghazali menyarankan dua pendekatan untuk mengatasi sifat amarah ini:

1. Kendalikan amarah

Kendalikan amarah dengan melatihnya sesuai dengan akal sehat dan hukum. Kemarahan dapat digunakan saat melawan musuh, mencegah kejahatan, dan saat memperbanyak kebaikan.

Kemarahan di sini aspek positif terkait dengan semangat yang menyala-nyala. Ini seperti mengendalikan anjing ganas untuk membantu majikannya berburu yang halal. Perlu mujahadah untuk melatih sifat amarah agar sejalan dengan kebutuhan agama dan akal yang sejahtera.

2. Menghadapi amarah

Menghadapi kemarahan dengan menahan diri dari berdasarkan pengetahuan dan praktik. Aspek pengetahuan adalah bahwa orang yang sedang marah perlu mengetahui bahwa ia harus marah hanya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang bertentangan dengan apa yang diinginkan (perintah) Tuhan, bukan marah karena keinginan pribadinya.

Apalagi perlu diketahui bahwa murka Tuhan padanya lebih besar dari pada amarahnya pada hal lain. Ini didasarkan pada ketidaktaatan yang dia lakukan. Jadi, mengapa orang lain marah ketika mereka menentang perintahnya padahal itu adalah kesalahannya yang lebih besar karena menentang perintah Tuhan?

Aspek amalan adalah perlunya mengucapkan ta'awwuz (a'uzu biLlah min al-syaitan al-rajim) karena dia tahu bahwa amarah itu berasal dari setan. Jika masih kurang tenang perlu duduk jika berdiri dan perlu berbaring jika sedang duduk.

Pasalnya, perubahan posisi bisa memengaruhi ketenangan pikirannya. Jika tidak berhasil, cobalah wudhu. Selain itu, dengan cara yang tidak terduga, cobalah untuk memukul pipi Anda sendiri dengan tanah untuk menghilangkan harga diri yang merupakan faktor utama sifat amarah. Agar ia sadar bahwa dirinya hina dan tidak pantas menjadi sombong.

Semoga cara yang digariskan oleh Imam al-Ghazali untuk mengelola sifat amarah bisa dipraktekkan oleh pembaca.