Menu

Rizal Ramli Sebut Kebijakan Fiskal Semrawut, Jokowi Go Down Bersama Sri Mulyani

Siswandi 24 Dec 2020, 13:23
Rizal Ramli dalam siaran kanal Youtube Fadli Zon Official. Foto: int/repro
Rizal Ramli dalam siaran kanal Youtube Fadli Zon Official. Foto: int/repro

RIAU24.COM -  Ekonom senior Rizal Ramli kembali mengkritisi kinerja ekonomi pada pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi. Menurutnya, capaian ekonomi tahun 2020 jauh dari kata berhasil. Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari beberapa faktor. Salah satunya adalah kinerja Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dinilainya semrawut dalam kebijakan fiskal. 

Selain itu, faktor eksternal berupa pandemi Covid-19 juga ikut menjadi pemicu keterpurukan ekonomi.

Secara spesifik, Rizal Ramli menyorot faktor internal di jajaran kabinet Indonesia Maju. Menurut mantan Menko Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) era Presiden Gus Dur ini, ada kesemrawutan kebijakan fiskal di bawah komando Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Yang pertama, adalah terkait utang. Menurutnya, Sri Mulyani memberikan keuntungan kepada kreditor dengan membuat bunga utang yang cukup tinggi.

"Misalnya, di bank ada kalau mau pinjam kredit (bunga) pinjamannya 15 persen. Para pengusaha datang ajukan kredit, mereka negosiasi jangan 15 persen tapi 12-13 persen. Tapi ada satu negara yang datang mau bayar bunga 17-18 persen, 2 persen lebih mahal dari pasar selama 10 tahun," lontarnya, dalam kanal youtube Fadli Zon Official, Kamis 24 Desember 2020. 

Kebijakan utang dengan bunga yang tinggi seperti itu, tidak dilakukan oleh negara tetangga Indonesia seperti Singapura hingga bahkan Jepang dan China.

"Karena enggak ada diseluruh dunia menteri keuangan yang pinjam dengan bunga kemahalan. Misalnya menteri keuangan Singapura, Jepang, China kalau pinjam dia tekan semurah mungkin bukan semahal mungkin," tambahnya, dilansir rmol. 

"Jangan main-main. Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam 10 dolar, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," sambungnya.

Selain itu, Rizal Rami juga melihat kebijakan tax holiday bagi para pengusaha besar, yang justru membuat penerimaan negara jadi cekak.

Sebagai buktinya, dia melihat tax ratio atau penerimaan pajak di awal tahun 2020 ini realisasinya tidak mencapai lebih dari 10 persen. Berbeda dengan saat Rizal Ramli menjabat sebagai Menko Ekuin 20 tahun lalu, yang berhasil merealisasi hingga 11,5 persen dari GDP.

"Hari ini sebelum krisis (Covid-19) 10 persen. Dengan krisis ini penerimaan pajak bakal lebih anjlok lagi. Bahkan bisa 60-65 persen dari target. Itu yang menjelaskan kita akan kesulitan cash flow. Penerimaan pajak kita anjlok, besar sekali," paparnya lagi. 

"Dia (Sri Mulyani) hanya berani dengan yang kecil-kecil, dan kedua dia pinjam-pinjam makin susah. Makanya mulai pinjam melalui bilateral," lanjutnya.

Berdasarkan gambaran itu, Rizal Ramli memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun 2021 masih akan sulit. Bahkan bukan tidak mungkin kondisinya bakal lebih buruk dibanding krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 silam.

"Makin lama ekonomi makin terjerumus. Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani dalam kinerja keuangan," pungkasnya. ***