Menu

Humas Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap

Riki Ariyanto 31 Dec 2020, 23:48
Humas Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap (foto/ist)
Humas Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap (foto/ist)

RIAU24.COM -  Trend & Solusi agar Humas sukses di Era AI, Robot & Adaptasi Kebiasaan Baru (Jakarta, 30 Desember 2020): Diakhir tahun 2020 ini, praktisi Humas mendapat perspektif baru! 

Terbitnya buku tentang Public Relations (Humas) selain relevan dan pas dengan kondisi sekarang, menjadi angin segar bagi dunia Humas Indonesia. 

Pandemi telah mengubah tatanan bisnis, cara kita bekerja dan bersosialisasi. Buku PR ini  menitikberatkan pentingnya beradaptasi sebagai sebuah keharusan bagi praktisi PR. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menyatakan, “Buku ini menghadirkan perspektif dan trends yang perlu diperhatikan praktisi PR. Dunia PR harus segera beradaptasi jika tidak ingin hilang ditelan perubahan.”

Gaya tulisan Agung adalah bercerita dan ringkas terdiri dari kisah-kisah PR dan insights dari penulis dan berbagai sumber. Agung Laksamana, selain kesehariannya sebagai Director Corporate Affairs di APRIL Group dan Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) adalah seorang penulis tentang dunia PR yang aktif. Buku PR Adapt or Die! adalah buku Agung yang ke empat ia terbitkan.

Membuka bab pertama dengan judul A whole new world ! Ia mengutip lirik lagu dari animasi Aladdin. Lirik ini relevan di tahun 2020 ini karena kita telah berada di era A Whole New World (Sebuah dunia yang baru) katanya.

Judul Adapt or Die, terasa bombastis! Sepertinya sengaja diambil penulis karena melihat urgensinya PR untuk ber-Adaptasi dan berubah jika tidak ingin profesi ini hilang atau lenyap!

Buku ini mengupas realita lanskap dunia PR baik dari aspek Artificial Intelligence (AI), Robot, era baru jurnalisme, hoaxes, fakenews serta era Adaptasi kebiasaan baru. Sudah banyak profesi 

yang ‘tergerus oleh kemajuan teknologi’, salah satunya bisa jadi adalah PR. Kemunculan sosok￾sosok ‘berpengaruh’ di media sosial membuka peluang sekaligus tantangan bagi praktisi PR. 

Kehadiran influencer, key opinion leader, SJW (Social Justice Warrior), buzzer, selebgram, selebtweet, dan lainnya telah mampu ‘menghimpun massa’ dan menyampaikan pesan tertentu untuk menjadi sebuah gerakan yang cukup masif di media sosial, bahkan di dunia nyata. Di sinilah titik argumen buku ini, di mana PR harus adaptif, jika tidak ingin obsolete bahkan lenyap.

Buku ini juga mendapat apreasiasi dari Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno dan juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyatakan buku ini relevan dengan trends dan  kompleksitas dunia Komunikasi saat ini! 

Suryopratomo, Duta Besar Indonesia untuk Singapura menyatakan, “Selama bisa menjaga Trust dan Relationship dengan stakeholders, PR akan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Agung membeberkan resep aplikatif untuk menjadi PR yang mumpuni!”

Prof. Dr. Arif Satria, Rektor Univ. IPB juga menyatakan “Storytelling menjadi kekuatan dari buku ini. Pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai praktisi PR yang dicampur dengan kisah sehari-hari membuat buku menjadi bacaan wajib praktisi PR!”