Menu

Catat, Ini 4 Etika Membuat Konten yang Harus Dipatuhi oleh YouTuber

Riko 21 Jan 2021, 16:11
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM - Menjadi seorang YouTuber sekarang bukan lagi sekedar hobi ataupun untung having fun belaka. Lebih dari itu, YouTuber sudah dijadikan sebagai pekerjaan yang bisa menghasilkan uang puluhan juta bahkan miliaran. Seperti Atta Halilintar atau Ria Ricis. 

Nah, namun dengan adanya platform YouTube sebagai media penyalur bakat, aspirasi dan pendapat, serta mungkin sebatas cara menghibur netizen semata, kadang masih banyak YouTuber yang belum tau bagaimana menghasilkan konten yang baik. Mengutip dari Boombastis.com berikut beberap etika yang seharusnya dipatuhi oleh seorang YouTuber.

Mengungkap kejelekan brand tertentu hanya demi mendapatkan konten yang viral

Memang, tak ada yang melarang YouTuber manapun untuk membuat sebuah konten terkait dengan kejelekan suatu brand atau tempat usaha. Namun, alangkah baiknya jika hal tersebut tidak dilakukan dan memilih bahasan topik lain. Yang sekarang sedang viral sepertinya adalah membuat konten ‘Pergi ke salon terburuk di daerah/kotanya’. Tidak hanya di Indonesia sih, konten seperti ini juga dilakukan oleh para YouTuber luar negeri.

Namun, memposting video tersebut dengan mengatakan pelayanannya sangat buruk tanpa izin si empunya usaha adalah hal yang keliru. Itu sama saja kamu menjatuhkan usaha mereka. Kalau memang tidak mau dan enggak sreg dandan di situ, ya jangan dilakukan. Rasanya tidak perlu mengajak orang lain untuk ikut-ikutan tidak berhias di suatu tempat karena alasan pelayanan yang buruk, tempat yang kurang bersih, atau kosmetik yang tak pantas lagi dipakai.

Membuat konten boleh, asal jangan mencemarkan nama baik orang lain ya, wahay para YouTuber

Masih ingat dengan konten Rey Utami dan Benua yang membahas tentang Ikan Asin dengan menghadirkan bintang tamu Galih Ginanjar? Tentu ya, karena postingan YouTube tersebut, Indonesia dihebohkan dengan ikan asin sampai Galih Ginanjar, sang narasumber sendiri sekarang harus mendekam di penjara.

Dalam hal ini, Rey Utami sebagai pemilik channel mengatakan bahwa program tersebut diberi judul ‘Mulut Sampah’, di mana setiap orang yang ia undang menjadi narasumber bisa nyampah seenaknya dalam video tersebut. Galih Ginanjar sendiri akhirnya mencemarkan nama baik mantan istrinya, Fairuz A.Rafiq. Hal tersebut tak hanya membuat keluarga Fairuz sendiri yang kesal tetapi juga netize satu Indonesia. Alhasil, Rey Utami, Pablo Benua, dan Galih Ginanjar sendiri yang menanggung akibatnya.

Jangan demi adsensa saja, semua aturan dan tata krama dilanggar ya

Kembali lagi ke beberapa poin di atas, sudah tentu para YouTuber membuat konten agar mereka semakin dikenal oleh banyak orang, memperbanyak subscriber, dan pastinya mendapatkan banyak uang dari adsense yang ada. Tak ada yang salah juga dengan adense ini, selama tidak keluar dari tata krama yang ada.

Sebagai YouTuber, secara tidak langsung kamu sudah masuk dalam jajaran public fugure, yang seharusnya memberikan hal-hal yang baik dan menghibur untuk para subscriber. Kalau dunia YouTuber diisi oleh konten sampah yang tidak penting seperti merusak nama baik orang, menjelekkan brand tertentu, melakukan hal merusak dan yang tak penting, ke depannya akan banyak YouTuber baru yang melakukan hal serupa. Jangan hanya utamakan adsense, tapi juga konten yang berkualitas, ya.

Memvideokan aktivitas vandalism, pengrusakan, dan hal lain yang menjadi kontroversi banyak orang

Kita mungkin pernah melihat anak-anak muda yang dengan bangganya membuat konten menguliti atau menyiksa binatang, atau Ria Ricis yang membuang squishy ke laut –yang berakhir protes dari pemerhati lingkungan, atau mungkin juga hal lain yang menjadi kontroversi banyak orang. Hal ini perlu dipikirkan lagi oleh konten kreator, apakah video yang dibuat akan menginspirasi semua orang atau tidak?

Setidaknya, walau tidak menginspirasi, juga tidak membuat orang lain jengkel dan jengah saat melihatnya. Oh iya, hal ini juga berlaku untuk para anak muda yang suka membuat video yang kemudian diposting di media sosial. Seperti contoh tindakan sekelompok mahasiswa yang mengacak-acak isi minimarket, menghancurkan mie, serta nge-trek di kuburan, hal seperti ini enggak ada untungnya sama sekali. Justru, melakukan hal itu yang kemudian meminta maaf adalah tindakan bodoh yang membuat banyak orang geram kepadamu.