Menu

Di Inggris, Bilik Ini Jadi Tempat Telepon Umum, di Majalengka Malah Jadi Tempat Buang Hajat

Satria Utama 30 Jan 2021, 10:29
Tempat buang hajat di tempat umum di Majalengka
Tempat buang hajat di tempat umum di Majalengka

RIAU24.COM -  MAJALENGKA - Bilik telepon umum berwarna merah sangat familiar bagi masyarakat Inggris. Bilik telepon umum yang dirancang oleh Sir Giles Gilbert Scot pada tahun 1924 silam mudah ditemukan di berbagai area publik.

Belakangan, box berwarna merah yang sangat mirip dengan bilik telepon di Inggris ini terlihat di sebuah kawasan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tepatnya di GGM. Disini, terdapat empat bilik warna merah dengan posisi saling berdempetan.

Namun, fungsi bilik merah di GGM berbeda dengan yang ada di Inggris sana. Jika di Inggris, berfungsi sebagai bilik telepon umum, sementara fungsi bilik merah di GGM ini jauh dari tujuan itu. 

Ya. Bilik merah di GGM ini berfungsi memenuhi kebutuhan warga untuk buang hajat, baik untuk buang air kecil maupun buang air besar. Di dalam bilik itu, terdapat kran, dan satu buah kakus. 

Di bagian dalam, bilik memiliki warna dasar putih. Untuk ukuran sendiri, sekitar 1x1 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter, dilengkapi beberapa lubang fentilasi.

Keberadaan empat bilik merah di GGM itu, sebagai bagian dari proses pembenahan GGM. Di tempat yang berlokasi di Jalan KH. Abdul Halim tersebut, Pemkab Majalengka, melakukan pembenahan, agar lebih nyaman bagi warga untuk bersantai.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Majalengka, Agus Tamim mengatakan, toilet tersebut sengaja didesain demikian, untuk mengubah kesan kumuh dan jorok terhadap toilet . "Ingin tempat pembuangan (toilet) itu menarik. Jangan sampai ada kesan yang namanya pembuangan itu jijik," kata Agus seperti dilansir Sindonews.

"Sehingga dari Tim Pemda melalui dinas kami, berusaha untuk membuat toilet sedemikian menariknya. Bagaimana agar tempat pembuangan itu jadi menarik," lanjut dia. 

Agus berharap, upaya untuk menghadirkan tempat pembuangan jauh dari kesan kumuh dan bau itu, bisa berjalan langgeng. Untuk mewujudkan harapan itu, tentunya diperlukan peran serta dari semua kalangan, tidak terkecuali warga yang nantinya berkunjung.

"(Yang menjaga) tidak hanya kita sebagai pengelola, tapi masyarakat juga. Ini yang harus dipahami semua, bahwa ini barang publik, milik kita semua. Jangan sampai ada kesan, 'ah ini mah milik pemerimtah daerah. Tanggung jawab pemerintah daerah'. Jangan ada kesan itu," jelas dia.

Namun, bagi Anda yang ingin melihat langsung penampakan bilik merah itu, masih perlu bersabar. Sebab, saat ini belum dibuka untuk umum. Agus memperkirakan, GGM akan dibuka pada Februari mendatang.***