Menu

Makin Canggih, Ilmuwan Ciptakan Robot yang Bisa Bernafas dan Merasakan Sakit

Amerita 14 Feb 2021, 20:41
Makin Canggih, Ilmuwan Ciptakan Robot yang Bisa Bernafas dan Merasakan Sakit (foto/int)
Makin Canggih, Ilmuwan Ciptakan Robot yang Bisa Bernafas dan Merasakan Sakit (foto/int)

RIAU24.COM -  Semakin maju, kini mahasiswa kedokteran bisa gunakan robot Ini untuk berbagai macam aktifitas belajar. Robot ini diciptakan oleh perusahan Gaumard Scientific, diberikan nama HAL.

Robot HAL diklaim bisa merasakan sakit, menangis, berdarah, hingga bernafas. 

Dilansir dari Design Boom, HAL adalah simulator pasien pediatrik yang mampu menggambarkan ekspresi wajah, emosi, gerakan, dan ucapan yang seperti aslinya. 

Dirancang oleh produsen simulator perawatan kesehatan Gaumard, robot anak ini dibuat untuk membantu mahasiswa kedokteran dari semua tingkatan mengembangkan keterampilan khusus yang mereka butuhkan untuk berkomunikasi, mendiagnosis, dan merawat pasien muda. 

"Dia bernafas, menangis, berbicara, kepalanya bergerak, matanya bergerak. Dia punya tekanan darah dan nadi," kata Wakil Direktur Gaumard Company, James Archetto, dilansir dari Tech Insider (14/2). 

Melansir dari Designboom, robot HAL mampu menjawab serangkaian pertanyaan dan mensimulasikan berbagai keadaan emosional yang umum berupa marah, sakit sementara, sakit terus menerus, heran, bingung, cemas, cemas, menangis, dan menguap. 

Berkat fitur ketelitian, anatomi, dan fisiologisnya yang sangat tinggi, robot ini mendukung praktik algoritme tingkat lanjut menggunakan alat nyata dan teknik yang akurat secara klinis. 

Melansir dari The Robot Report, Perusahaan yang berbasis di Miami ini telah menghabiskan bertahun-tahun memperbaiki boneka simulatornya dan bekerja untuk memenuhi permintaan yang meningkat selama krisis virus korona baru, kata Jim Archetto, wakil presiden perencanaan perusahaan di Gaumard. 

“Ini mirip dengan simulator penerbangan,” katanya kepada The Robot Report. “Sistem ini dirancang untuk memungkinkan dokter dan responden pertama untuk berlatih dan mempersiapkan diri sebelum memasuki situasi langsung. Yang terbaik adalah berlatih untuk masalah risiko tinggi dan frekuensi rendah yang mungkin tidak mereka lihat dalam pelatihan," tambah Jim Archetto (10/8/2020).