Menu

Teror KKB Kian Menjadi-jadi, Kabupaten Intan Jaya di Papua Kini Mencekam, Ratusan Warga Mengungsi

Siswandi 19 Feb 2021, 13:44
Pesawat perintis milik Mission Aviation Fellowship (MAF) dengan registrasi PK-MAX yang dijarah dan dibakar KKB di Intan Jaya, Papua. Foto: int
Pesawat perintis milik Mission Aviation Fellowship (MAF) dengan registrasi PK-MAX yang dijarah dan dibakar KKB di Intan Jaya, Papua. Foto: int

RIAU24.COM -  Hingga saat ini, aksi teror yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua, belum juga mereda. Bahkan sebaliknya, makin menjadi-jadi. 

Kondisi terkini, situasi di kabupaten itu dikabarkan kian mencekam. Ratusan warga memilih mengungsi menuju ke tempat yang lebih aman. Hal itu merupakan buntut dari teror KKB berupa penembakan terhadap penjaga kios di Distrik Sugapa, beberapa waktu lalu, yang diduga kuat dilakukan KKB. 

Tidak hanya warga, aparatur hingga pejabat pemerintah setempat, juga dikabarkan sudah cukup lama tidak melaksanakan aktivitas rutin pemerintahan, karena khawatir terhadap ancaman dan teror yang dilakukan KKB. 

Dilansir detik yang merangkum antara, Jumat 19 Februari 2021, salah satu tempat mengungusi warga adalah pastoran dan gereja Katolik Paroki Bilogai. Di tempat ini, setidaknya ada sekitar 600 warga yang datang karena mengungsi. 

Seperti dituturkan Pastor Yustinus Rahangiar selaku Pastor Paroki Bilogai Intan Jaya, para pengungsi berasal dari Desa Bilogai, Desa Kumlagupa, dan beberapa warga dari Desa Puyagiya.

"Total warga yang mengungsi mencapai 655. Sebanyak 200 orang dewasa laki-laki dan sisanya perempuan serta anak-anak," terangnya dalam laporannya ke Keuskupan Timika, belum lama ini. 

Untuk diketahui, aksi teror yang belum lama dilakukan KKB, telah menimpa Ramli NR (32), warga Intan Jaya. Ia menjadi korban penembakan dari jarak dekat oleh KKB. 

Peristiwa itu terjadi Senin (8/2/2021) pukul 17.30 WIT di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa. Ia ditembak anggota KKB dari jarak dekat saat hendak membeli minyak tanah. Tak tanggung-tanggung, aksi kejam itu terjadi di hadapan istrinya berinisial M. 

Belum Aktif 
Hingga saat ini, Pemkab Intan Jaya dilaporkan belum juga aktif melaksanakan aktivitas sebagaimana lazimnya. 

"Masalahnya pemerintahan daerah tak berfungsi. Mereka tak ada bersama masyarakat. Bupati sudah sering memberikan instruksi kepada jajarannya, namun ketika hilang sebentar, bawahannya juga hilang semua," ungkap Pastor Yustinus.

Kondisi itu tak ditampik Bupati Intan Jaya. Natalis Tabuni. Ia mengakui dirinya dan aparatur pemerintah daerah kerap tak berada di kantor karena alasan keamanan. Mereka sering kali diancam kelompok bersenjata.

"Bukan saya sendiri, seluruh PNS, terutama putra daerah, jarang ada di tempat karena mereka dapat ancaman," akunya. 

Saat ini sejumlah pejabat teras di Pemkab Intan Jaya, seperti sekretaris daerah dan para pimpinan organisasi perangkat daerah, memilih mengungsi ke Nabire. Hal yang sama juga dilakukan 25 anggota DPRD Intan Jaya, yang sebagian besar memilih menetap di Nabire.

Terkait kondisi itu, pemuka agama yang menjabat Administratur Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo Pr, menyerukan semua pihak mengakhiri konflik bersenjata yang terjadi di Intan Jaya.

"Kami dari gereja mengajak pemerintah, dalam hal ini aparat TNI dan Polri maupun pihak TPN-OPM, untuk mengambil langkah-langkah berdialog untuk mengakhiri konflik di Intan Jaya. Kalau situasinya tetap seperti ini, sudah pasti korban akan terus berjatuhan dari kedua belah pihak," ujarnya. 

"Masyarakat mengungsi ke mana-mana, belum lagi nasib anak-anak yang harusnya mereka sekolah untuk membangun masa depan yang lebih baik, sekarang semuanya menjadi tidak jelas," tambahnya. 

Pihaknya berharap ada pihak-pihak netral yang bisa menengahi permasalahan yang terjadi, sehingga kondisi yang terjadi saat ini tidak tidak terus berulang dan berkepanjangan. ***