Menu

38 Warga Tewas Ditembaki Aparat Saat Unjuk Rasa, PBB Sebut Sebagai Hari Paling Berdarah di Myanmar

Satria Utama 4 Mar 2021, 06:42
Korban kekerasan aparat Myanmar mendapat pertolongan medis
Korban kekerasan aparat Myanmar mendapat pertolongan medis

RIAU24.COM -  Sedikitnya 38 orang meninggal di Myanmar, Rabu (03/03), akibat bentrokan berdarah antara aparat keamanan dan demonstran. Sebagian besar tewas akibat tertembak peluru tajam yang dilepaskan petugas. PBB menyebut hari itu sebagai "hari paling berdarah" sejak kudeta terjadi sebulan lalu.

"Hari ini adalah hari yang paling berdarah sejak kudeta militer pada 1 Februari," kata Utusan khusus sekjen PBB untuk Myanmar, Christina Schraner-Burgene.

Menurutnya, sedikitnya 50 orang telah tewas "dan banyak lainnya terluka" sejak kudeta dimulai.

Dia juga mensinyalir pasukan keamanan menembak dengan peluru tajam. "Satu video menunjukkan seorang pengunjukrasa diambil lalu ditembak dari jarak dekat oleh aparat keamanan. Mungkin sekitar satu meter. Sepertinya korban ini meninggal dunia," ungkapnya.

Dia kemudian meminta pendapat ahli senjata, yang disebutnya "membenarkan bahwa polisi menggunakan senjata organik dan mereka menggunakan peluru tajam".

Demonstrasi massal dan aksi pembangkangan sipil terjadi di seluruh Myanmar sejak militer merebut kendali.

Para pengunjuk rasa telah menyerukan pembebasan para pemimpin pemerintah terpilih, termasuk Aung San Suu Kyi, yang digulingkan dan ditahan dalam kudeta tersebut. Mereka juga mendesak diakhirinya kekuasaan militer.

Kekerasan terbaru terjadi sehari setelah negara-negara tetangga Myanmar mendesak agar militer untuk menahan diri.

Laporan-laporan dari Myanmar menyebutkan bahwa pasukan keamanan menembaki kerumunan massa di sejumlah kota, termasuk Yangon, dengan sedikit peringatan terlebih dahulu.

Dua anak laki-laki, berusia 14 dan 17 tahun, termasuk di antara mereka yang tewas, kata Save the Children. Seorang perempuan berusia 19 tahun juga dikabarkan ikut tewas.

Sementara, setidaknya enam orang dilaporkan ditembak mati selama protes di Monywa di wilayah tengah Myanmar.

Sedikitnya 30 orang lainnya terluka dalam kerusuhan itu, ungkap seorang jurnalis lokal kepada Reuters.

Bentrokan berdarah ini terjadi sehari setelah organisasi negara-negara Asia Tenggara, ASEAN, menyerukan semua pihak untuk menahan diri.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi meminta Myanmar untuk "membuka pintu" bagi ASEAN dalam upaya mencari penyelesaian situasi di negara itu "yang mengkhawatirkan".***