Menu

Perempuan Ini Tewas Empat Hari Setelah Disuntik Vaksin Covid-19

Amerita 11 Mar 2021, 18:48
Fox News
Fox News

RIAU24.COM -  Pada hari Rabu (10/3), Kassidi Kurill (39) dilaporkan meninggal hanya empat hari setelah menerima dosis kedua dari Vaksin Moderna Covid-19.

Kassidi menerima dosis kedua pada Senin, 1 Februari. Pada hari Jumat di minggu yang sama, Kassidi menghembuskan nafas terakhirnya.

Kepada Fox News, Ayah Kassidi, Alfred Hawley mengatakan anak perempuannya itu baik-baik saja sebelumnya.

“Dia tampak baik-baik saja, tidak ada kondisi yang mengindikasikan dia sakit,” ujar Alfred.

Namun pada hari Selasa, keadaan Kassidi mendadak memburuk. Ayah Kassidi mengatakan bahwa anaknya itu mengeluh mual dan sakit kepala. Hari berikutnya yakni Rabu, Kassidi mulai membaik, tetapi pada hari Kamis ia kembali mendapat gejala yang sama dan jantungnya berdebar sangat kencang.

Khawatir, Alfred Hawley bergegas membawa putrinya ke rumah sakit. Di rumah sakit Kassidi mulai muntah, para dokter sigap melakukan tes darah.

Dilansir dari Fox News, Kamis malam, Kassidi dibawa ke Trauma Center di Murray untuk transplantasi hati. Para dokter berulang kali mencoba menstabilkannya untuk transplantasi hati tetapi kondisinya memburuk, dan pada Jumat pagi, dia tidak dapat berbicara.

“Kondisinya semakin memburuk dan pada jam 9 dia meninggal,” ujar Alfred Hawley.

Namun menurut Alfred Hawley, untuk mengetahui apakah kematian putrinya disebabkan oleh vaksin yang diterimanya beberapa hari lalu belum dipastikan, saat ini sedang berjalan proses otopsi dan tinggal menunggu hasilnya.

Sementara efek samping dari vaksin itu umum, kematian yang diakibatkan sangat jarang. Menurut Sistem Pelaporan Kejadian Merugikan Vaksin (VAERS) Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 92 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di Amerika Serikat antara 14 Desember 2020 dan 8 Maret 2021. Dari 92 juta itu, VAERS menerima 1.637 laporan kematian (0,0018%) di antara orang-orang yang menerima vaksin COVID-19.

"Sampai saat ini, VAERS belum mendeteksi pola penyebab kematian yang mengindikasikan masalah keamanan dengan vaksin COVID-19," kata CDC di situs webnya.