Menu

Polemik Penguntit di Inggris, Wanita Enggan Lapor Polisi Karena Tak Yakin Akan Mendapat Bantuan. Shana Grice Dibunuh Setelah 5 Kali Lapor Tetap Tak Digubris Polisi

Amerita 30 Mar 2021, 14:33
google
google

RIAU24.COM  Inggris - Shana Grice (19) sudah lima kali melaporkan kepada polisi bahwa ada seorang pria yang menguntitnya.

Alih-alih membantu Shana, polisi Sussex malah mendendanya karena disebut 'membuang-buang waktu polisi'.

Bahkan, setelah Shana, yang merupakan seorang resepsionis di Brighton, memohon-mohon pada polisi selama enam bulan lamanya untuk menindak Michael Lane, polisi tetap tidak menggubrisnya.

Tidak digubrisnya laporan Shana karena dia tidak memberi tahu petugas bahwa orang yang menguntitnya adalah mantan pacarnya sendiri.

Michael Lane mendobrak masuk ke rumah Shana, menggorok lehernya dan berusaha membakar mayat Shana pada Agustus 2016.

Kematian Shana yang memilukan ditampilkan dalam film dokumenter Sky Crime Murder in Slow Motion selama akhir pekan.

Program tersebut mengeksplorasi kematian wanita muda yang dibunuh oleh mantan pasangan yang menguntit mereka.

Ketika Lane pertama kali masuk ke rumah Shana, dia diberi peringatan polisi.

Enam minggu kemudian dia masuk ke rumahnya lagi, masuk ke kamar tidurnya dan membunuhnya setelah mengetahui bahwa Shana memiliki kekasih baru.

Pada Maret 2017, Michael Lane saat itu berusia 27 tahun, dipenjara seumur hidup dengan hukuman 25 tahun penjara atas pembunuhan Shana.

Tom Milsom dari Kantor Independen Perilaku Polisi (IOPC), mengatakan Polisi Sussex tidak memahami perbedaan antara pertengkaran antara dua individu dan perilaku melecehkan sehingga gagal melindungi Shana.

"Kau harus benar-benar mendengarkan korban dan kurasa itu tidak terjadi pada Shana, dia dikecewakan," ujar Milsom.

Menurut Survei Kejahatan Inggris dan Wales, satu dari lima wanita yang dibuntuti sejak usia 16 tahun. 

Dalam 10 tahun terakhir 2.075 wanita telah dibunuh di Inggris dan 57 persen dibunuh oleh seseorang yang mereka kenal - mayoritasnya adalah pasangan atau mantan korban.

Psikolog forensik Kerry Daynes, yang berkontribusi pada program tersebut, mengatakan kasus Shana menunjukkan sikap 'berbahaya' terhadap korban perempuan dan seringkali membuat perempuan enggan melaporkan kejahatan.

“Kasus ini menggambarkan mengapa perempuan kurang percaya pada polisi dan mengapa mereka sering tidak melaporkan insiden karena mereka tidak yakin akan mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan," kata Kerry Daynes.