Menu

Kisah Tukang Pijat Yang Jadi Pembunuh Berantai, Korbannya Tetangga Sendiri Hingga Anggota Kopassus

Satria Utama 16 Apr 2021, 04:29
Pelaku pembunuhan berantai termasuk satu anggota Kopassus, Yulianto hanya bisa pasrah dan menunggu eksekusi mati yang dijatuhkan kepadanya. Foto: Okezone
Pelaku pembunuhan berantai termasuk satu anggota Kopassus, Yulianto hanya bisa pasrah dan menunggu eksekusi mati yang dijatuhkan kepadanya. Foto: Okezone

RIAU24.COM -  SUKOHARJO - Upaya Yulianto, tukang pijat yang membunuh anggota kopassus dan enam orang lainnya untuk mendapatkan keringanan hukuman pupus sudah. Majelis Mahkamah Agung (MA) menolak peninjauan kembali hukuman mati terhadap warga RT 02/RW 15, Kragilan, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo itu.

MA menguatkan putusan Pengadilan Negeri (PN) Sukoharjo yang memvonis mati Yulianto, pembunuh berantai dengan tujuh korban jiwa.

Perbuatan pria 48 tahun itu terbilang sadis. Yulianto yang dikenal tetangganya sebagai peternak kambing dan sapi itu dengan mudahnya menghabisi nyawa korban hanya karena masalah sepele. Pantang tersinggung, ia tak segan menghabisi nyawa korbannya.

Dilansir Okezone, korban pertama dari jagal Kartasura ini adalah Sugiyono. Dia dihabisi saat dipijat pelaku pada 2005 silam. Sugiyono diberi minuman beracun yang mengandung kecubung. 

Gara-garanya, Yulianto tersinggung atas tingkah korban yang menagih utang Rp40 juta yang ia pinjam. Untuk menghilangkan jejak, mayat Sugiyono dikubur Yulianto di samping kandang ternaknya.

Selang dua tahun kemudian, giliran Suhardi yang dibunuh Yulianto. Korban dibunuh saat sedang bersemedi di Gua Cemai, Bantul. Mayat Suhardi dibiarkan di sebuah genangan air dan ditindih dengan batu besar.

Pembunuhan terus diulang hingga pembunuhan ke tujuh, yaitu Kopda Santoso, anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura. Kala itu Kopda Santoso datang ke Yulianto mau pijat badan. Saat pijat itu, Yulianto dan Santoso terlibat percakapan yang membuat Yulianto tersinggung.

Yulianto kemudian membuat ramuan jamu dan menyerahkan ke Kopda Santoso untuk diminum. Ternyata minuman itu sudah dicampur kecubung sehingga Kopda Santoso pusing dan sempoyongan. Yulianto mencekik Kopda Santoso hingga meninggal. Jenazah Kopda Santoso kemudian dikubur di dapur rumahnya.

Kini, Yulianto hanya bisa pasrah menunggu eksekusi mati yang akan dijatuhkan kepadanya akibat aksi sadinya yang menghilangkan tujuh nyawa.***