Menu

Sebut Ngabalin Lebih 'Teroris' ketimbang Dirinya, Abdullah Hehamahua Justru Bersyukur

M. Iqbal 17 Apr 2021, 13:32
Mantan Penasehat KPK, Abdullah Hehamahua
Mantan Penasehat KPK, Abdullah Hehamahua

RIAU24.COM - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menyebut mantan penasihat KPK, Abdullah Hehamahua sebagai 'teroris'. Hal itu dikatakan Ngabalin atas sikap Abdullah yang menganalogikan pertemuan TP3 dengan Presiden Jokowi bak pertemuan Musa dengan Firaun.

Menanggapi hal tersebut, Abdullah Hehamahua malah bersyukur mendapat cap 'teroris' dari Ali Mochtar Ngabalin. Abdullah menilai justru Ngabalin lebih 'teroris' ketimbang dirinya.

"Saya 'teroris'? Itulah istilah yang diberikan oleh penjajah Belanda ke para pejuang Indonesia mulai Teuku Umar di Aceh sampai Pattimura di Maluku," ujar Abdullah, yang merupakan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 laskar Front Pembela Islam (FPI) dilansir dari Detik.com, Sabtu, 17 April 2021.

Jika makna 'teroris' adalah orang-orang yang menentang penjajahan, Abdullah malah bersyukur mendapat label itu. "Jadi jika itu yang dimaksud Adinda Ngabalin tentang 'teroris', alhamdulillah saya diberi gelar 'teroris' olehnya," kata dia lagi.

Dia mengetahui Ngabalin dulu adalah kader Pelajar Islam Indonesia (PII), sedangkan Abdullah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia menyebut Ngabalin lebih radikal ketimbang dirinya.

"Jika saya seorang teroris, maka Adinda Ngabalin lebih teroris lagi. Sebab, mereka yang aktif di organisasi pemuda, pelajar, dan mahasiswa pasti tahu bahwa kader PII lebih galak dari kader HMI," ucapnya.

Dia kemudian bercerita mengenai aktivitas masa lalunya bersama Ngabalin, yakni pada masa jelang reformasi. Saat itu, Ngabalin mengajak Abdullah bertemu Prabowo Subianto, tapi tidak jadi berjumpa. Kemudian Ngabalin mengajak Abdullah ke Sri Bintang Pamungkas, fungsionaris PPP yang disebut Hehamahua paling radikal pada saat itu.

Selain itu, Abdullah juga membandingkan keislaman Ngabalin dengan Jokowi. Ini diutarakannya sebagai tambahan penjelasan atas protes terhadap analogi pertemuan TP3-Jokowi bak pertemuan Musa-Firaun. Ada pula analogi yang pernah dia dengar dari politikus PDIP bahwa Jokowi seperti Umar bin Khattab, Abdullah tidak memprotes analogi itu, padahal Jokowi dan Umar bin Khattab dinilainya berbeda, termasuk berbeda dalam hal keislaman.

"Apakah saya ada protes terhadap analogi tersebut? Tidak. Wong membandingkan keislamannya Adinda Ngabalin saja, Jokowi kalah total, apalagi dibandingkan dengan Umar ibnu Khattab. Padahal Umar itu, kata Rasulullah SAW, sangat ditakuti iblis. Bahkan beberapa saran dan idenya dibenarkan Allah SWT sehingga turun dalam bentuk wahyu yang tercantum dalam Al-Qur'an," kata Abdullah.