Menu

Mengapa Tetap Berpikiran Positif Tidak Selalu Menjadi Solusi Terbaik Saat Menghadapi Krisis

Amerita 8 May 2021, 06:42
Foto : Brightside
Foto : Brightside
Saat kita memaksakan diri untuk hanya melihat sisi baiknya, kita menekan emosi negatif, yang bisa membuatnya semakin kuat. Perasaan ini bisa meletus suatu hari nanti, terutama saat kita menghadapi tragedi. Kita bahkan bisa merasa malu atau bersalah karena memiliki perasaan yang sulit ini. Dengan tetap bersikap positif, kita cenderung tidak akan meminta bantuan karena menurut kita kita baik-baik saja dan tidak membutuhkannya.

Tidak dapat tumbuh melalui krisis

Menjadikan "getaran positif hanya" sebagai mantra kita dapat membunuh kemampuan kita untuk menghadapi tantangan secara langsung. Dengan menghindari emosi negatif, kita bisa kehilangan informasi berharga. Katakanlah seorang wanita baru saja kehilangan seseorang yang penting baginya. Jika dia mengabaikan kesedihannya, dia mungkin masih menyangkal bahwa orang tersebut tidak akan pernah kembali dan mungkin tidak dapat menangani pengaturan pemakaman atau bahkan kehidupan setelah orang tersebut pergi.

Optimisme saja tidak cukup

Meski begitu, bersikap optimis itu tetap penting, tetapi itu bukan satu-satunya hal yang kita sadari saat menangani krisis. Kita seharusnya masih merasakan sakit, tetapi kita bisa membalik naskah dengan mengubah penderitaan kita menjadi mencapai sesuatu. Rasa bersalah adalah emosi manusia normal yang tidak boleh kita hindari, tetapi melaluinya, kita dapat mengambil kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Saat dihadapkan pada kehilangan, kita seharusnya tetap merasakan kesedihan, tetapi kita bisa belajar dari perasaan ini dan menjalani hidup sepenuhnya.

Makna memberi harapan untuk menangani tragedi

Halaman: 123Lihat Semua