Menu

Fraksi Demokrat Amerika Desak Joe Biden Tunda Penjualan Senjata Canggih ke Israel

Satria Utama 19 May 2021, 16:08
Ilustrasi tembakan roket di jalur Gaza
Ilustrasi tembakan roket di jalur Gaza

RIAU24.COM -  Fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan Amerika Serikat menggelar rapat virtual membahas rencana penjualan senjata itu. Dalam rapat itu Fraksi Demokrat mendesak Presiden Joe Biden menunda penjualan bom mutakhir senilai Rp10.5 triliun kepada Israel.

Menurut Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri DPR AS, Gregory Meeks, dia tidak menyadari rencana penjualan senjata canggih itu dan akan mengirim surat kepada Gedung Putih untuk mengajukan penundaan.

Menurut salah satu anggota komisi dari Partai Demokrat, Ilhan Omar, jika rencana penjualan senjata itu dilanjutkan, maka pemerintahan Biden dinilai tidak peka terhadap situasi kekerasan yang saat ini terjadi terhadap warga sipil di Israel dan Palestina.

"Amerika Serikat tidak boleh diam saja melihat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan dengan bantuan kita," kata Omar seperti dilansir Middle East Eye yang mengutip The Hill, Rabu (19/5)

Anggota fraksi Demokrat lainnya, Alexandra Ocasio-Cortez, mengatakan dalam rapat itu Israel adalah negara apartheid, karena perlakuan buruk terhadap rakyat Palestina.

"Presiden dan sejumlah tokoh pada pekan ini mengatakan Israel berhak mempertahankan diri. Namun, apakah rakyat Palestina punya hak untuk hidup? Apakah kita meyakini hal itu? Jika iya, maka kita harus bertanggung jawab terhadap hal itu," kata Cortez.

Sedangkan Senator dari fraksi Demokrat, Bernie Sanders, mendesak pemerintahan Biden kembali mempertimbangkan kucuran bantuan militer bagi Israel yang nilainya mencapai US$3.8 miliar (sekitar Rp54.3 triliun) dan diberikan setiap tahun.

Senjata canggih yang akan dijual AS adalah jenis Amunisi Serang Langsung Gabungan (JDAM) buatan Boeing. Perangkat itu bisa mengubah bom yang mulanya tidak berpemandu yang diluncurkan dari pesawat tempur atau pesawat pembom ringan menjadi bisa dikendalikan dengan menggunakan Alat Pemandu Global (GPS).

Nantinya perangkat itu bisa mengendalikan sirip yang berada bagian ekor bom untuk mencapai sasaran dengan tepat. Jika meleset pun selisih jarak dari target maksimal hanya sejauh satu sampai dua meter.

Sampai saat ini jumlah warga Jalur Gaza, Palestina yang tewas akibat serangan udara Israel mencapai 217 jiwa, termasuk 63 anak-anak dan 36 perempuan. Selain itu korban luka mencapai lebih dari 1.500 orang.

Sedangkan di pihak Israel jumlah korban tewas akibat serangan roket milisi Palestina mencapai 12 jiwa, dan sekitar 300 orang terluka.***