Menu

Tahukah Kamu, Setelah 1 Atau 2 Jam Mie Instan Tidak Mudah Pecah di Usus, Ini Dampak Buruknya

Rizka 20 Jun 2021, 17:45
google
google

RIAU24.COM -  Seorang dokter meneliti proses perjalanan mie instan dalam perut manusia. Hasilnya mengejutkan karena mie instan membutuhkan proses metabolisme yang cukup lama.

Dilansir dari Life Hack  dampak buruk konsumsi mie instan ditunjukkan oleh seorang dokter yang secara khusus meneliti proses pengolahan mie instan di dalam perut manusia. Mie instan ternyata cenderung membutuhkan waktu lama untuk diproses. Organ tubuh dipaksa bekerja lebih keras saat mie instan masuk ke dalam perut.

Dr. Kuo meneliti hal ini dengan cara memasukkan kamera berukuran kecil ke dalam perut orang yang baru saja menyantap mie instan. Ia lantas membandingkan dengan orang yang makan mie segar buatan sendiri.

"Hal yang paling mengejutkan tentang percobaan kami ini ketika melihat pada interval waktu. Katakanlah dalam satu atau dua jam, kami melihat mie instan yang diproses di dalam perut tidak terlalu rusak (hancur) dibandingkan mie buatan sendiri," kata Dr. Kuo.

Dalam rekaman kamera terlihat setelah dua jam, mie segar hampir sepenuhnya dicerna, organ dalam perut memecah mie sebagaimana mestinya. Kemudian dibandingkan dengan mie instan yang walaupun sudah dicerna selama 2 jam tapi bentuknya masih utuh.

Penelitian ini membuktikan kalau mie instan lebih sulit dicerna. Organ dalam perut juga seolah dipaksa terus menerus menghancurkan tekstur mie instan agar bisa masuk ke tahap metabolisme selanjutnya.

Dr. Kuo beranggapan, bahan yang membuat mie instan sulit dicerna adalah pengawet Terriary-butyl hydroquinone (TBHQ). TBHQ adalah aditif yang biasa digunakan dalam makanan olahan murah, seperti mie instan dan popcorn instan.

FDA mengatakan bahwa TBHQ tidak boleh melebihi 0,02 persen dari kandungan minyak dan lemak makanan. Sejumlah kecil TBHQ mungkin tidak akan membunuh Anda tetapi berpotensi dapat memiliki efek jangka panjang pada kesehatan seperti melemahnya organ tubuh dan timbulnya kanker serta tumor.

Sayangnya, penelitian Dr. Kuo terlalu minim data. Masih banyak serangkaian tes lainnya yang perlu diuji demi mendapatkan data yang valid. Tapi sebagai langkah antisipasi, sebaiknya kurangi konsumsi makanan olahan dan makanan instan agar organ tubuh tetap sehat dan bekerja normal sebagaimana mestinya.