Menu

Rocky Gerung Beri Nilai Minus 2 Untuk Kebebasan Berpendapat di Rezim Jokowi, Ini Alasannya

M. Iqbal 5 Jul 2021, 11:00
Pengamat Sosial Rocky Gerung
Pengamat Sosial Rocky Gerung

RIAU24.COM - Nilai buruk hingga minus diberi beberapa tokoh dalam kebebasan berbicara di rezim Joko Widodo. Tokoh yang memberi rapor buruk itu adalah Pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Bivitri Susanti, Founder Lokataru Haris Azhar; dan pengamat sosial Rocky Gerung.

Dilansir dari Rmol.id, Senin, 5 Juli 2021, dalam acara tersebut, Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution bertindak sebagai moderator meminta masing-masing narasumber menilai pemerintahan Jokowi terkait kebebasan berbicara. Penilaian diberikan dengan skala 1 hingga 10.

"Enggak ada skala di situ tuh, semua skala itu sudah hancur. Jadi skalanya sudah hilang, bahkan saya bilang negatif 2 saja sudah itu (penilaian). Jadi ini kekuasaan yang mengalami pemburukan sebetulnya dari standar demokrasi. Saya sebut saja bahwa ini rezim mereka memang negatif Covid, tapi positif cupik," ujar Rocky Gerung menjawab pertanyaan Syahrial.

Berbeda dengan Rocky, Haris Azhar memberikan nilai atau poin 1 untuk pemerintahan Jokowi terkait kebebasan berbicara. "Kalau 1 sampai 10, ya 1 lah. Kalau kita nilai ujian itu jawaban salah tapi karena ada coret-coretan kita kasih harga upah nulis namanya. Kenapa saya kasih 1? Karena kebebasan berbicara itu hanya ada pada pejabat. Kebebasan berbicara itu aturannya dimanipulasi, mekanismenya diskriminatif, dan hasilnya produknya represif," terang Haris.

Dia sendiri mengaku kerap kesal ketika membaca indeks demokrasi yang dianggapnya masih terlalu sopan. "Padahal menurut saya, situasi di lapangan jauh lebih buruk. Ada banyak indeks itu yang gagal melihat pada problem di lapangan. Jadi menurut saya, ini cuma ada ya ongkos aja, upah nulis aja. Situasinya enggak ada yang bisa kita jadi pelajaran sebagai sebuah kemajuan itu enggak ada," lanjutnya.

Senada dengan Haris, Bivitri juga memberikan poin 1 untuk pemerintahan Jokowi terkait kebebasan berbicara. "Karena saya baru selesai meriksa UAS, jadi saya punya nilai yang sama kayak Haris, untuk ngasih upah nulis, udah kebiasaan gitu. Kalau dia gak nulis sama sekali saya kasih 0. Tapi kalau dia ada nulis sedikit-sedikit kasih 1," terang Bivitri.

Halaman: 12Lihat Semua