Menu

Sejarah Indonesia : Tak Banyak yang Tahu, Inilah Wasiat Romantis Soekarno yang Ditolak Mentah-Mentah Oleh Soeharto

Devi 7 Jul 2021, 09:03
Foto : TribunNews
Foto : TribunNews

RIAU24.COM -  Pada 21 Juni 1970, Presiden pertama RI Soekarno wafat dalam usia 69 tahun. Lima hari sebelum wafat, Bung Karno (panggilan Soekarno) dirawat di RSPAD Gatot Soebroto dalam keadaan gawat.

Berita ini mengejutkan masyarakat, karena hampir tidak pernah ada media yang memberitakan kondisi terbaru terkait kesehatan Bung Karno selama di pengungsian.

Sebelum meninggal, Bung Karno mengucap pesan romantis. Ia ingin dikubur satu liang bersama Ratna Sari Dewi atau Dewi Soekarno. Rasa cinta mendalam presiden pertama Indonesia itu pada Ratna Sari Dewi begitu mendalam sehingga muncul keinginan dimakamkan dalam liang kubur yang sama bersamanya.

Dilansir dari Intisari dalam artikel ''Kalau Ia Meninggal, Kuburlah Ia Dalam Kuburku', Bukti Cinta Bung Karno pada Naoko Nemoto', berikut isi pesan romantis Soekarno

"Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang."
"Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal, kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku."

Begitulah sekelumit tulisan pesan romantis Soekarno sebelum ia wafat.

Bung Karno ingin dimakamkan di Istana Bogor, namun belakangan diungkapkan jika tempat yang memenuhi kriteria tersebut adalah villa pribadi milik Bung Karno di Batu Tulis, Bogor.

Namun hal itu ditolak oleh presiden RI saat itu, Soeharto. Soeharto leih memilih memakamkan sang proklamtor itu di Blitar, Jawa Timur, tempat yang tak sesuai dengan wasiatnya.

Rupanya alasan Soekarno tidak dimakamkan sesuai wasiatnya adalah karena Bogor terlalu dekat dengan Jakarta, pusat pemerintahan Indonesia.

Soeharto menganggap hal itu akan mengganggu stabilitas politik, karena ia khawatir loyalis Bung Karno semakin menggelora.

Siapa itu Ratna Sari Dewi ?

Ratna Sari Dewi atau bernama asli Naoko Nemoto sendiri hingga kini masih sehat dan tinggal di Jepang, negeri asalnya. Di masa lalu, Ratna Sari Dewi merupakan seorang geisha Jepang. (Tugas geisha adalah memainkan musik, menari, dan menggoda tamu agar tetap terhibur sembari menunggu kedatangan oiran)

Ia lahir dari keluarga yang tergolong miskin, di Tokyo, 6 Februari 1940. ada usia 15 tahun ia menjadi seorang geisha nan anggun, hingga di usianya 19 tahun dipertemukan dengan Soekarno. Dewi pernah masuk penjara karena memukul orang, namun dia juga adalah tamu terkenal diantara para politisi dunia.

Sepanjang hidupnya, dia sangat suka kebebasan, selain keluarga, dia juga tidak pernah tunduk pada orang lain.Dewi merupakan seorang wanita legendaris Jepang. Masa kecilnya, seluruh keluarganya hanya bergantung dari ayahnya yang bekerja sebagai tukang kayu, yang seringkali kekurangan makan dan hidup sulit.

Di usianya yang baru 15 tahun, dia memiliki kesempatan untuk bermain dalam sebuah film populer. Walau hanya sebagai figuran, namun film ini mendapat sambutan yang sangat baik, hal ini membuat dirinya yang polos yakin bahwa akan cepat berhasil.

Awalnya, ia mengira akan menjalani sisa hidup mudanya dengan putus harapan. Namun di usianya yang ke-19, dia bertemu dengan penyelamat hidupnya. Di saat situasi harapannya putus itu, Soekarno datang ke Jepang dan dipertemukan dengan Dewi melalui perantara seseorang di Hotel Imperial, Tokyo.

Tepatnya pada 16 Juni 1959, Dewi juga secara kebetulan mengisi acara di hotel tersebut. Keanggunan Dewi ternyata membuat Soekarno langsung jatuh hati padanya, sedangkan cinta Dewi tumbuh, ketika mereka terus bertemu saat Soekarno bertugas ke Jepang. Karena Sstiap Sukarno berkunjung ke Jepang, ia selalu menemui Naoko atau Dewi.

Setelah pertemuan itu, keduanya rutin saling berkirim surat cinta. Saat pulang ke Indonesia, sang presiden pun mengundangnya ke Jakarta, dan pada saat itulah kisah cinta keduanya dimulai. Pada tahun 1962, Soekarno pun menikahi Dewi, yang menurutnya adalah seorang gadis yang sempurna dan menawan. Ratna Sari Dewi juga dibuat kagum oleh pengetahuan Soekarno mengenai sejarah Jepang.

Ia tak menyangka Soekarno juga menguasai beberapa bahasa asing lain selain bahasa Belanda. Ratna Sari Dewi menggambarkan sosok Soekarno sebagai pribadi yang mandiri, pekerja keras dan memiliki tanggung jawab yang besar.

"Beliau berjuang sangat keras setiap malam karena memiliki tanggung jawab," ucapnya.

Ratna Sari Dewi memutuskan untuk datang ke Indonesia agar bisa memikirkan keputusannya untuk menikah. Perjalanan yang dilalui oleh Ratna Sari Dewi cukup panjang untuk mencapai Indonesia.

Saat itu, belum ada pesawat yang bisa membawanya dari Jepang langsung ke Indonesia. Ratna Sari Dewi harus transit di beberapa negara sebelum mencapai Indonesia. "Untuk terbang ke Jakarta saya harus terbang dari Tokyo ke Hongkong, Hongkong ke Bangkok, Bangkok ke Singapura, satu malam di Singapura sebelum sampai ke Indonesia," ceritanya.

Sesampai di Indonesia, Ratna Sari Dewi diajak oleh Soekarno ke Tampaksiring di Bali.

Ternyata, Ratna Sari Dewi yang saat itu masih berusia 19 tahun dilamar oleh Soekarno. Lamaran tersebut dilakukan saat mereka hanya berdua. Ia menggambarkan suasana saat itu sangatlah romantis. "Kemudian beliau berkata, 'Jadilah inspirasi hidupku, jadilah teman hdupku, bahagiakanlah hidupku," cerita Ratna Sari Dewi.

Wanita yang kini berusia 78 tahun itu mengaku meski ia berusia ratusan tahun, kata-kata lamaran Soekarno tetap sebagai yang terindah.