Menu

Tahukah Anda, Inilah Kisah di Balik Sejarah Paskibraka, Dibentuk Oleh Ajudan Presiden Soekarno

Devi 17 Aug 2021, 11:05
Foto : Tempo
Foto : Tempo

RIAU24.COM -  Setiap tanggal 17 Agustus yang merupakan peringatan Hari Kemerdekaan RI, selalu ditandai dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.

Tahun ini, perayaan HUT ke-75 RI berlangsung dalam suasana berbeda karena pandemi virus corona.

Demikian pula dengan komposisi Paskibraka. Pada 17 Agustus 2021, pasukan kini beranggotakan 68 orang, tidak seperti tahun sebelumnya yang berjumlah hingga 8 orang.

Pada tahun ini, pemerintah juga telah melakukan seleksi Paskibraka meski ditengah ancaman penyebaran virus Covid-19.


Berbicara mengenai Paskibraka, ada cerita sejarah panjang yang mengiringi perjalanannya hingga saat ini.

Bagaimana sejarah Paskibraka?

Awal dibentuk

Sejarah pembentukan Paskibraka dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora RI) Nomor 0065 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (2015).

Paskibraka dibentuk pada tahun 1946 atas perintah Presiden Soekarno kepada Mayor M. Husain Mutahar.

Awalnya, Soekarno ketika itu memanggil Mutahar yang tidak lain adalah ajudannya sendiri, untuk mempersiapkan upacara kenegaraan peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1946 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Saat itu, Ibu Kota RI dipindah ke Yogyakarta untuk sementara waktu karena situasi di Jakarta yang genting sejak kedatangan Belanda tak lama setelah kemerdekaan.

Pada 4 Januari 1946, situasi Jakarta sangat genting, sehingga Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api.


Bendera Pusaka turut dibawa dan dimasukkan dalam koper pribadi Presiden Soekarno.

Upaya menumbuhkan rasa persatuan bangsa

Mutahar sempat berpikir bagaimana caranya upacara tersebut dapat menumbuhkan rasa persatuan bangsa.

Akhirnya, Mutahar memutuskan, saat pengibaran bendera pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia.

Mutahar akhirnya menunjuk lima orang pemuda yang terdiri atas tiga orang putri dan dua orang putra sebagai perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk melaksanakan pengibaran bendera pusaka.

Bukan tanpa alasan mengapa Mutahar hanya memilih lima pemuda dan pemudi.

Alasannya, angka tersebut melambangkan Pancasila atau lima sila sebagai dasar negara Indonesia.

Pada 1950, saat Jakarta kembali menjadi Ibu Kota, Mutahar tidak lagi menangani Paskibraka.

Mutahar kembali menangani soal pengibaran bendera pusaka ketika dipanggil oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, pada tahun 1967.

Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, Mutahar kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok.

zxc2

Mutahar mengembangkan Paskibraka menjadi tiga kelompok yang seirama dengan momen 17-8-45 atau tanggal 17 Agustus 1945, yaitu:


Kelompok 17 sebagai Pengiring atau Pemandu

Kelompok 8 sebagai Pembawa atau Inti

Kelompok 45 sebagai Pengawal

Kala itu, dengan kondisi yang ada, Mutahar melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.

Mulai tahun 1972, anggota Paskibraka merupakan siswa/siswi SMA utusan dari 26 provinsi di Indonesia.

Setiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja yang dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.

Istilah Paskibraka sejatinya baru dicetuskan pada tahun 1973. Pencetusnya adalah Idik Sulaeman yang tidak lain adalah adik Husein Mutahar.

Adapun suku kata "pas" berasal dari kata Pasukan, paduan ucapan "kibra", berasal dari "pengibar bendera" dan suku kata "ka" dari kata pusaka.

Sejak itulah penyebutan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan singkatan akronim, Paskibraka (PAS-KIB-RA-KA).