Menu

Sejarah Panjang Seragam Loreng Polri, Rampasan Perang dari NICA Hingga Jadi PDL Brimob

Riki Ariyanto 19 Aug 2021, 12:28
Sejarah Panjang Seragam Loreng Polri, Rampasan Perang dari NICA Hingga Jadi PDL Brimob (foto/int)
Sejarah Panjang Seragam Loreng Polri, Rampasan Perang dari NICA Hingga Jadi PDL Brimob (foto/int)

RIAU24.COM - Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri memiliki Pakaian Dinas Lapangan (PDL) seragam loreng. Sempat ditinggalkan, seragam loreng itu oleh Kapolri Jenderal Pol Sutarman meresmikannya tepat di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14 November 2014).

Dilansir dari Detikdotcom, ada tiga alasan mendasar yaitu historis, fungsi dalam medan operasi yang spesifik dan Kepolisian internasional menggunakan seragam serupa.

Disebutkan dalam 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang diterbitkan Tim Perumus dari Mabes Polri pada November 2013 lalu, sejarah seragam motif loreng atau disebut 'Camouflage' awalnya digunakan semua angkatan bersenjata di era Presiden Soekarno.

Menariknya seragam Camouflage ternyata bersumber dari seragam pasukan Perang Dunia II AS, USMC M1942 alias Marinir AS. Kemudian seragam motif loreng itu dihibahkan, serta ada rampasan perang dari tentara NICA Belanda hingga beli dari US Army. US Army disebut tak jadi memakai seragam motif lorengnya ketika bertempur di Eropa seba motif lorengnya mirip dengan seragam tentara NAZI Jerman.

"Dari para sesepuh TNI maupun Polri yang sempat berlaga dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, beliau menyebutkan bahwa secara hand to hand combat merebut seragam loreng milik NICA untuk digunakan sebagai pakaian dinas lapangan sehari-hari," demikian dituliskan dalam 'Naskah Pengaturan' halaman 19.

Berikut beberapa sejarah panjang kronologi sejarah pemakaian PDL loreng menurut 'Naskah Pengaturan'. Pada 5 Oktober 1954 seragam loreng motif macan tutul pertama kali digunakan secara resmi oleh RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus TNI AD-red). RPKAD memakainya dalam defile, dengan model one pieces.

Pemakaian seragam oleh RPKAD tidak terlepas dari penyerahan semua aset perang dari Belanda pasca peristiwa pemberontakan PRRI dan Permesta.

Sebab saat pemberontakan PRRI dan Permesta ada campur tangan peranan Amerika Serikat (AS). Untuk menutup malu Amerika Serikat saat itu memberikan program ganti rugi yang digelar lewat USAID, semua satuan TNI dan Polri di kala itu di bawah kepemimpinan Soekarno, menggunakan loreng macan tutul," demikian seperti dituliskan.

Tetapi satuan TNI-Polri mulai meninggalkan motif loreng 'macan tutul' tahun 1961, menjelang Operasi Mandala. Kemudian mengganti sesuai kekhasan masing-masing satuan, seperti RPKAD, Menpor (Resimen Pelopor, cikal bakal Gegana-red), KKO (Korps Komando Operasi, sekarang Marinir-red), PGT (Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas TNI AU-red).

Di tahun tersebut secara resmi Menpor memakai seragam loreng Pelopor yang secara terbuka diperlihatkan dalam latihan Rimba Laut di Pelabuhan Ratu Sukabumi.

PDL khas Korps Brimob kedua yang kemudian dikenal sebagai loreng Pelopor merupakan asli milik pasukan Resimen Pelopor saat akan ditugaskan pada Operasi Mandala dalam kampanye Trikora.

Pemakai loreng motif garis mengalir khas Menpor mulai meredup di Tahun 1969-1970. Itu sebab Menpor dilikuidasi untuk restukturisasi internal Kepolisian yang mana PDL Menpor berganti PDL warna hijau rimba khas milik Brimob.

Selanjutnya Menpor bertransformasi menjadi Gegana di tahun 1974. Pemakaian motif loreng khas Menpor semakin hilang dengan adanya kontroversi tragedi Minggu Palma oleh Batalyon Teratai tahun 1976 di Timor Timur.

Berikutnya September 2014, keluar surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor: Kep/748/IX/2014 tentang Penggunaan PDL Loreng bagi personel Korps Brimob Polri. Maka dalam memperingati HUT ke-69 Brimob, di Mako Brimob Kelapa Dua, 14 November 2014, Kapolri Jenderal Pol Sutarman meresmikan pemakaian seragam loreng Brimob.