Menu

Protes Karena Tak Dilibatkan dalam Kabinet Baru, Para Wanita Afghanistan Dicambuk dan Dipukul Taliban dengan Tongkat

Rizka 9 Sep 2021, 15:42
google
google

RIAU24.COM -  Taliban telah mengumumkan daftar menteri dalam kabinet interim mereka. Tidak ada perempuan di dalamnya, dan mereka juga menghapus kementerian urusan perempuan.

Puluhan wanita protes setelah mengetahui tidak ada perwakilan mereka dalam daftar menteri dalam kabinet baru Afghanistan. Mereka lalu menggelar aksi unjuk rasa di jalanan Kabul kemarin. Seorang wanita bernama Sara tidak terima jika hak-hak wanita diambil dan tidak diizinkan ada dalam pemerintah.

"Kami tidak bisa menerima ini, dan karena itu kami turun ke jalan,"

"Kami berunjuk rasa dengan damai. Kemudian saya melihat 4-5 kendaraan masing-masing dengan sekitar 10 militan Taliban di dalamnya, berjalan mengikuti kami,"  kata salah satu pendemo dikutip dari BBC.

Tak sedikit pula wanita yang mengaku bahwa mereka diperlakukan kasar oleh para tentara. Sejumlah wanita pun dilontari kata-kata kasar ketika berdemo menuntut hak-hak mereka kemarin. 

Perempuan-perempuan itu berkata mereka distop, dicambuk, dan dipukuli dengan tongkat yang mengeluarkan sengatan listrik.

"Mereka memukul bahu saya dua kali. Seluruh badan saya sakit. Sampai sekarang masih sakit, dan saya tidak bisa menggerakkan lengan saya,"

"Mereka juga mengucapkan banyak kata-kata kasar dan melecehkan kami. Terlalu memalukan bila saya mengulang kata-kata yang mereka gunakan," kata Jia.

"Kami semua dipukuli. Saya juga dipukul. Mereka menyuruh kami pulang ke rumah dan mengatakan di situlah tempat perempuan," kata Sara.

Ponselnya juga dipukul hingga lepas dari tangannya ketika ia mencoba merekam militan yang berusaha menghentikan unjuk rasa.

Taliban sebelumnya mengatakan mereka berkomitmen untuk menghargai hak-hak perempuan, dan tidak akan melarang perempuan mendapatkan pendidikan atau pekerjaan.

Namun sejak mereka mengambil kendali pada 15 Agustus, mereka meminta semua perempuan, kecuali mereka yang bekerja di sektor kesehatan publik, untuk tidak bekerja, sampai situasi keamanan membaik.