Menu

Ancam Akan Lumpuhkan Pemerintahan Baru Afghanistan, ISIS-K Mengadopsi Taktik Gerilya Taliban

Rizka 24 Sep 2021, 08:58
google
google

RIAU24.COM -  Sejak berhasil menggulingkan pemerintahan Afghanistan sebelumnya, Taliban juga harus menghadapi serangan teror yang diklaim oleh ISIS-K, afiliasi ISIS. Serangan ini terjadi mengingat dua kelompok ini memiliki konflik ekonomi dan ideologi.

Ironisnya, ISIS-K mengadopsi banyak taktik perang kota Taliban yang menandai keberhasilan kampanye gerilya mereka sendiri.

Sebuah serangan mematikan di bandara Kabul bulan lalu dan serangkaian ledakan bom di kota timur Jalalabad, semuanya diklaim oleh afiliasi ISIS di Afghanistan, telah menggarisbawahi ancaman terhadap stabilitas dari kelompok militan yang tetap tidak berdamai dengan Taliban.

Meski juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid telah meremehkan ancaman tersebut dengan mengatakan minggu ini ISIS-K tidak memiliki kehadiran yang efektif di Afghanistan, para komandan Taliban di lapangan tidak mengabaikan ancaman itu begitu saja.

Dua anggota badan intelijen gerakan yang menyelidiki beberapa serangan baru-baru ini di Jalalabad mengatakan taktik menunjukkan kelompok itu tetap berbahaya, bahkan jika tidak memiliki cukup milisi dan sumber daya untuk merebut wilayah, dikutip dari Reuters, Jumat (24/9).

Namun Taliban tetap khawatir dengan taktik bom tempel, bom magnet yang biasanya ditempel di bagian bawah mobil. Serangan tersebut menargetkan anggota Taliban dengan cara yang persis sama dengan yang digunakan Taliban sendiri untuk menyerang pejabat dan tokoh masyarakat sipil dalam pemerintahan sebelumnya.

"Kami khawatir dengan bom tempel yang pernah kami terapkan untuk menargetkan musuh kami di Kabul. Kami khawatir tentang kepemimpinan kami karena mereka dapat menargetkan mereka jika tidak berhasil mengendalikan mereka," kata salah satu pejabat intelijen Taliban.

Seperti diketahui, ISIS di Khorasan, nama yang diambil dari nama kuno untuk wilayah yang mencakup Afghanistan modern, pertama kali muncul pada akhir 2014 tetapi telah menurun dari puncaknya sekitar 2018 menyusul kekalahan besar yang ditimbulkan oleh gempuran Taliban dan AS.