Menu

Ditembak Empat Orang, Pemimpin Tertinggi Rohingya Tewas Usai Salat

Riko 30 Sep 2021, 10:25
Mohib Ullah (net)
Mohib Ullah (net)

RIAU24.COM - Pemimpin tertinggi komunitas Rohingya Mohib Ullah ditembak mati oleh orang yang tak dikenal sebanyak empat orang usai salat Isyak di luar kantornya, di Bangladesh, Rabu (29/9/2021) malam.

Ullah ditembak saat sedang berbicara dengan para pemimpin pengungsi lainnya di luar kantornya setelah salat Isyak sekitar pukul 20.00.  Seketika itu empat penyerang datang dan menembaknya hingga tewas.

Mohib Ullah merupakan pemimpin komunitas Rohingya di kamp pengungsi di Cox's Bazar. 

Mengutip dari Sindonews yang dinukilkan dari AFP, Juru bicara polisi Cox's Bazar, Rafiqul Islam, mengungkap pembunuhan itu pada, Kamis (30/9/2021).

“Empat hingga lima penyerang tak dikenal menembaknya dari jarak dekat. Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit MSF di kamp tersebut,”katanya.

Dia mengatakan polisi dan Batalyon Polisi Bersenjata, yang bertugas memastikan keamanan untuk 34 kamp Rohingya di negara itu, telah meningkatkan keamanan, mengerahkan ratusan petugas bersenjata lagi.

Menurut Islam, belum ada yang ditangkap.

"Kami sedang melakukan penggerebekan di daerah itu," katanya, seraya menambahkan bahwa Ullah belum pernah memberi tahu polisi tentang ancaman dari kelompok mana pun.

Sementara itu Mohammad Nowkhim, juru bicara Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia (ARPSH), mengatakan Ullah sedang berbicara dengan para pemimpin Rohingya lainnya di luar kantor ARPSH di Kutupalong, pemukiman pengungsi terbesar di dunia, ketika seorang penyerang tak dikenal menembaknya setidaknya tiga kali.

“Dia berada di genangan darah. Dia dibawa mati ke rumah sakit MSF terdekat,” kata Nowkhim dari tempat persembunyian, yang menambahkan bahwa banyak pemimpin Rohingya bersembunyi setelah pembunuhan Ullah.

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab, tetapi seorang pemimpin Rohingya mengatakan kepada AFP bahwa Ullah dibunuh oleh kelompok ekstremis Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang berada di balik beberapa serangan terhadap pos keamanan Myanmar dalam beberapa tahun terakhir.

“Ini adalah ulah ARSA,” katanya.

Ullah, yang berusia 48 tahun, muncul sebagai pemimpin sipil utama dari komunitas minoritas Muslim yang teraniaya ketika lebih dari 740.000 Rohingya berlindung di kamp-kamp di Bangladesh, setelah tindakan keras militer oleh tentara Myanmar di desa-desa mereka di provinsi Rakhine pada Agustus 2017.