Menu

Kisah Waloejo Sedjati Korban Politik Peristiwa G30S PKI, Dari Orang Buangan dan Jadi Dokter Spesialis Bedah Cemerlang di Perancis

Devi 30 Sep 2021, 10:33
Foto : https://serikatnews.com/
Foto : https://serikatnews.com/

RIAU24.COM - Menyusul peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965, Indonesia memasuki era totalitarianisme, setelah direbutnya secara bertahap kekuasaan Presiden Sukarno oleh Mayor Jenderal Soeharto.

Persitiwa G30S dijadikan alasan Soeharto dan rezim militer Orde Barunya untuk “membasmi” semua orang yang diduga terkait Partai Komunis indonesia (PKi), partai yang dianggap bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan tujuh jenderal angkatan darat pada malam di penghujung September dan awal Oktober 1965 itu.

Pada masa itu, Waloejo Sedjati hanya seorang mahasiswa kiriman pemerintah yang sedang belajar kedokteran di Pyongyang, Korea Utara. 

Di sekitar tahun 1960, ratusan anak muda cemerlang dikirim Presiden Soekarno untuk belajar ilmu dan teknologi di berbagai universitas di dunia. Ada yang belajar sastra, ilmu teknik, kedokteran, pertanian dan sebagainya. Atas biaya negara, mereka dianggap sebagai mahasiswa ikatan dinas (mahid).

Anak-anak muda ini tengah sibuk-sibuknya mengejar ilmu ketika di Tanah Air, peristiwa G30S/PKI meletus di tahun 1965. Beberapa lama setelahnya, nasib mereka berubah mendadak: paspor para mahasiswa ini ditarik dan tak lagi diakui negara. Mereka terbangun di pagi hari di Beijing, Moskwa, Pyongyang, dan kota-kota negara kiri lainnya dan mendapati diri mereka bukan lagi bagian dari tanah airnya.

Mereka menjadi layang-layang putus yang tak pandai menunggangi angin. Raganya di timur jauh dan Eropa, cinta mereka ke Indonesia, tapi tanpa pegangan dan penanda sebagai warga negara.

Halaman: 12Lihat Semua