Menu

Kisah Cinta Tragis Lettu Pierre Tendean dan Rukmini, Gagal Gara-gara G30S PKI

Devi 30 Sep 2021, 10:50
Potret Lettu CZI Pierre Andries Tendean dan Rukmini.* /Tangkap Layar Instagram @pierresangpatriot.*
Potret Lettu CZI Pierre Andries Tendean dan Rukmini.* /Tangkap Layar Instagram @pierresangpatriot.*

RIAU24.COM - Gerakan 30 September atau G30S PKI tidak hanya membuat masyarakat Indonesia terluka tapi juga mematahkan hati serta harapan seorang gadis di Medan, Rukmini Chaimin namanya.

Rukmini, begitu dia dipanggil, adalah tunangan dari Lettu CZI Pierre Andries Tendean atau Pierre Tendean. Di antara banyaknya gadis yang mengidolakan Pierre Tendean, Rukmini lah yang akhirnya memikat hati sang perwira berdarah Prancis dan Minahasa itu.

Pierre Andries Tendean atau Kapten Pierre Tendean dikenal sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur di peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada 1965. 

Seperti diketahui, Lettu CZI Pierre Tendean adalah salah satu perwira terbaik bangsa yang gugur akibat kekejaman pasukan G30S PKI.

Pierre Tendean dan Rukmini sudah berencana akan menyatukan cinta mereka dalam hubungan pernikahan pada November 1965. Namun, rencana janji suci itu akhirnya batal.

Pierre Tendean memang sudah banyak jadi incaran para gadis sejak dirinya masih mengenyam pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958.

Maklum perawakannya yang gagah dan wajahnya yang tampan blasteran Asia-Eropa, serta dikenal disiplin dan ramah, membuat Pierre Pierre sangat 'diinginkan' untuk dijadikan pasangan hidup.

Meski demikian, Pierre tidak menggubrisnya dia fokus pada pendidikannya. Setelah lulus dari ATEKAD pada 1961 dengan pangkat Letnan Dua, Pierre kemudian didapuk menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.

Di sinilah dia bertemu dengan Rukmini, gadis yang berhasil memikat hatinya. Saat itu Pierre baru berusia 22 tahun.

Pertemuan pertama mereka terjadi di rumah Rukmini, saat Pierre diajak kedua sahabatnya yakni Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi untuk bertamu ke rumah Chaimin, Ayah Rukmini.

Keduanya pun saling jatuh hati. Pierre mengagumi sikap Rukmini yang lemah lembut juga santun dan Rukmini menyukai Pierre yang sopan juga cerdas. Keduanya pun menjalin hubungan kasih.

Perlu diketahui, Pierre berumur 8 (delapan) tahun lebih tua daripada Rukmini. Perjalanan cinta keduanya pun tidak mulus, Pierre dan Rukmini terhalang perbedaan agama. Pierre beragam Kristen sedangkan gadis pujaannya beragama Islam.

Tak hanya itu, mereka juga harus menjalani hubungan jarak jauh karena pasca satu tahun menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan, Pierre harus berangkat ke Bogor untuk mengenyam pendidikan di sekolah intelijen.

Lulus dari sekolah intelijen, Pierre pun langsung ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DiPIAD). Tak lama dia pun kemudian ditugaskan oleh menjadi mata-mata di Malaysia.

Pierre Tendean bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia.

Setelah itu, tepat pada 15 April 1965, Pierre Tendean dipromosikan menjadi letnan satu dan kemudian dia ditugaskan menjadi Ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris (AH) Nasution menggantikan Kapten Kav Adolf Gustaf Manullang, ajudan Pak Nas, yang gugur dalam misi perdamaian di Kongo Afrika pada 1963.

Kesibukan Pierre dengan karir militernya tak membuat hubungan keduanya merenggang. Rukmini dan Pierre menjaga hubungan mereka dengan komunikasi yang baik lewat surat menyurat.

Pierre pun kemudian memantapkan hatinya untuk meminang Rukmini, dia pun sudah mantap untuk berpindah keyakinan menjadi seorang Muslim.

Pierre melamar sang kekasih pada 31 Juli 1965. Saat itu Pierre yang sedang bertugas mendampingi AH Nasution menyempatkan diri untuk bertemu dengan keluarga Rukmini, menyampaikan keseriusannya.

Mereka pun sepakat akan menikah pada November 1965. Tidak ada yang tahu, bahwa 31 Juli 1965 akan menjadi pertemuan terakhir Rukmini dan Pierre.

Sebelum peristiwa nahas G30S PKI yang merenggut nyawanya tersebut, Pierre pada akhir-akhir hayatnya sudah sempat melihat paviliun yang dikontrakkan di sekitar Menteng, Jakarta Pusat.

Rumah yang diharapkannya bisa menjadi tempat tinggalnya bersama dengan Rukmini pasca mereka resmi menikah.

Pierre sengaja mencari rumah kontrakan di daerah tersebut karena tugasnya sebagai Ajudan AH Nasution menuntutnya untuk selalu siaga mendampingi sang Jenderal.

Namun, rencana pernikahan keduanya harus terkubur dalam-dalam, karena Pierre tewas sebagai salah satu korban gerakan G30S PKI bersama dengan 6 (enam) Jenderal lainnya.

Tepat pada 1972, Rukmini kemudian menikah dengan seorang Karyawan Bank. Dia kemudian dikaruniai 3 (tiga) orang anak dan 5 (lima) cucu. Rukmini sendiri telah wafat pada 27 Juli 2019.