Menu

Mengulik Kembali Drama Penyergapan Vila Flamboyan 16 Tahun Silam: Hai Polis, Kalau Berani, Masuk Sini

Rizka 24 Nov 2021, 09:36
google
google

RIAU24.COM -  Pada 2005 silam, suasana mencekam terjadi di sebuah rumah di Jalan Flamboyan A1 Nomor 7, Kelurahan Songgokerto, Batu, Malang, Jawa Timur. Hunian tersebut menjadi target pengamatan dan penyergapan tim Densus 88 Antiteror Polri

Seperti ditulis Arif Wachjunadi dalam bukunya, Misi Walet Hitam 09.11.05-15.45 Menguak Misteri Teroris DR Azhari, kala itu pasukan dari tim surveillance Densus 88 Antiteror mengawali perburuan Dr Azahari dengan melakukan penyamaran.

"Kevin ayo pulang, dicari ibu nak," kata Sutoyo di depan pintu pagar rumah target.

Kevin Ernando, bocah 7 tahun sempat buat geger lantaran bermain dengan murid Dr Azahari, Arman di ruang tamu rumah persembunyian saat momentum penyerbuan, Rabu 9 November 2005.

Petugas lantas meminta bantuan Kepala Keamanan Perumahan Flamboyan, Sutoyo, untuk menjemput Kevin. Setelah dirayu, akhirnya dia keluar.

Tim serbu sendiri mulai beraksi usai kegaduhan yang terjadi pukul 04.00 WIB. Cholily yang merupakan murid Dr Azahari terdeteksi meninggalkan rumah tersebut dengan membawa tiga ransel ukuran jumbo, yang diduga berisi bahan peledak dan senjata api.

Terlebih, polisi preman gagal membuntuti Cholily yang menghilang di antara kerumunan orang. Meski begitu, petugas berhasil meringkusnya di Demak dengan memanfaatkan pemantauan lewat sinyal ponsel.

Penangkapan Cholily memantapkan niat tim melakukan penyerbuan. Evakuasi warga sekitar pun dilakukan, termasuk Kevin yang digandeng Sutoyo menuju rumah lain sejauh 200 meter dari target.

Di tengah evakuasi, kaki Brigadir Yamin, personel tim intelijen ditembus timah panas yang datang dari rumah sasaran. Rentetan suara tembakan pun terdengar. Kadensus Bekto yang melihat situasi kritis langsung mengontak Posko Taktis, tempat prajurit CRT berkumpul. 

Personel CRT yang mengepung hunian Dr Azahari disambut ledakan sejumlah bom rakitan yang dilempar dari dalam rumah. Perlawanan Dr Azahari dan Arman terbilang sengit.

"Azhari keluar, menyerahlah. kamu sudah terkepung," teriak Iptu Bram.

"Saya mau keluar, jangan tembak," kata Azhari. 

Dr Azahari mulai terlihat di dekat pintu. Hanya saja, kejanggalan terlihat di bagian tubuhnya yang dibalut rompi. Dadanya menggelembung diyakini petugas berisikan bom.

"Kamu berhenti di situ, lepaskan baju kamu dan lekas angkat tangan," teriak Iptu Bram.

Di luar harapan, Dr Azahari nyatanya menolak menyerah dan malah mengacungkan senjata ke arah Brigadir Fran seraya mengancam. 

"Hai Polis, kalau berani, masuk sini," katanya.

Iptu Bram kemudian memerintahkan Brigadir Fran yang berada tepat lurus di pintu rumah untuk menembak Dr Azahari, yang kembali masuk ke rumah sambil mengarahkan senjata ke petugas. 

Dor..!!! 

Dr Azahari roboh. Arman yang kalut melihat kondisi gurunya langsung meledakkan bom rompi yang dikenakan dan ikut meninggalkan dunia. Tercatat, Azahari bin Husin tewas tepat pukul 15.45 WIB, Rabu 9 November 2005 sore.