Menu

Pengungsi di Kamp Shatila Didorong ke Tepi Jurang di Tengah Krisis Bantuan yang Semakin Menipis

Devi 7 Dec 2021, 11:12
Foto : Internet
Foto : Internet

RIAU24.COM - Berjalan dengan percaya diri melalui labirin jalan-jalan sempit di kamp pengungsi Shatila Lebanon, pekerja sosial Sanaa Kaiss balas tersenyum saat dia disambut dengan anggukan kepala dan tangan terangkat. Kaiss, dengan Asosiasi akar rumput Najdeh, telah bekerja di perkemahan Palestina di barat daya Beirut selama hampir 25 tahun, tetapi tidak pernah mengalami krisis yang mengkhawatirkan seperti saat ini.

“Paginya ada yang bisa beli dan sorenya sudah tidak bisa lagi karena harganya sudah naik,” jelas Kaiss.

Ketika Lebanon jatuh lebih dalam ke salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pekan lalu membunyikan alarm tentang kesenjangan pendanaan besar yang selanjutnya dapat memotong akses ke layanan dasar bagi sekitar 200.000 pengungsi Palestina. Inggris sendiri memotong lebih dari setengah pendanaannya untuk UNRWA dari 42,5 juta pound ($56,5 juta) pada 2020 menjadi 20,8 juta ($27,6) tahun lalu, sementara negara-negara Teluk yang pernah menyumbang $200 juta pada 2018 hanya menyediakan $20 juta tahun ini.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menyebutnya sebagai "krisis eksistensial" dan memperingatkan kekurangan dana dapat secara dramatis mengurangi akses ke pendidikan dan layanan kesehatan dasar, termasuk program vaksinasi COVID-19.

Hampir 80 persen penduduk Lebanon hidup dalam kemiskinan

Halaman: 12Lihat Semua