Menu

Sejarah Nusantara, Nama Ibu Kota Baru yang Pertama Kali Digunakan pada Masa Kerajaan Majapahit

Rizka 26 Jan 2022, 09:03
google
google

RIAU24.COM -  Nama Nusantara akhirnya terpilih sebagai calon nama ibu kota baru Indonesia di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Adapun salah satu alasan pemilihan nama Nusantara karena ia telah memiliki catatan sejarah panjang dan menjadi ikonik di dunia internasional.

Nusantara adalah sebutan atau nama bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Sedangkan secara umum, Nusantara adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kepulauan Indonesia yang membentang dari ujung Sumatera hingga Papua.

Dihimpun dari beberapa sumber, istilah Nusantara pertama kali tercatat dalam literatur Jawa pertengahan di abad ke-12 sampai 16 untuk menggambarkan suatu negara yang mengadopsi konsep dari Kerajaan Majapahit. Secara bentuk kata, istilah Nusantara diambil dari bahasa Jawa kuno. Nusa berarti "pulau" dan "antara" berarti "lain" atau bisa diartikan sebagai "seberang".

Bukti bahwa penggunaan istilah Nusantara lahir pada masa Majapahit dapat dilihat dari isi Sumpah Palapa, yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada pada 1336. Dalam sumpahnya, Gajah Mada bersikeras tidak akan menikmati kesenangan sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Sumpah itu diucapkan saat pengangkatannya menjadi Patih Amangkubumi Majapahit.

Sumpah Palapa berbunyi, "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa." Artinya, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."

Sementara apabila dilihat dari sejarahnya, istilah Nusantara tidak merujuk pada wilayah Kepulauan Indonesia saat ini saja, tetapi mencakup daerah di luar Majapahit yang perlu ditaklukkan, termasuk Malaysia dan Singapura.

Setelah keruntuhan Majapahit, istilah Nusantara sempat tenggelam alias tidak digunakan lagi. Hingga 1920-an, istilah ini dimunculkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara. Ia menggunakannya dalam rangka sebagai nama alternatif dari negara merdeka setelah Hindia-Belanda selain “Indonesia” dan “Insulinde”.

Ketika “Indonesia” akhirnya ditetapkan sebagai nama politis bangsa yang baru pada Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta ditinggalkan. Pada masa modern, justru digunakan sebagai padanan kata bagi “Indonesia”. Baik digunakan dalam ranah pengertian antropogeografi maupun politik.

Namun, setelah itu juga terjadi pengertian tumpang tindih dengan istilah “Kepulauan Melayu”. Hal ini dilatarbelakangi saat negara Malaysia berdiri pada 1957. Dibalut politik konfrontasi oleh Soekarno, semangat kebersamaan di bawah istilah Nusantara tergantikan dengan semangat permusuhan. Ketika permusuhan berakhir, pengertian istilah Nusantara tetap bermakna semangat kebersamaan antarrumpun.